Bebas bernafas: Pelajar di Jawa Timur menuntut sekolah tanpa asap rokok
Program kampanye pencegahan merokok, skrining, dan upaya berhenti merokok bagi remaja
- English
- Bahasa Indonesia
Di antara pemandangan ladang tembakau di Jawa Timur, Aisya Nur Jannah dan Naufal Rifki Ramadhan, pelajar berprestasi berusia 16 tahun dari Madrasah Aliyah An-Nur Bululawang di Malang, tengah menuliskan narasi berbeda. Meskipun berada di lingkungan yang menormalisasi rokok, mereka memilih jalan yang berbeda.
“Aku punya banyak teman perokok, dan kadang aku didorong untuk ikut serta. Namun, aku memilih bergeming, tidak peduli seberapa besar rasa penasaranku, karena aku sadar merokok akan memperkecil pilihan langkah pendidikanku berikutnya."
"Ayah, kakak, dan paman saya merupakan perokok aktif di rumah," ungkap Aisya. Meskipun dia berisiko dengan mudah terpengaruh oleh kebiasaan yang lazim di rumahnya, dia tetap teguh pada pendiriannya untuk menjaga diri dari produk tembakau. Asma yang dideritanya membuat Aisya semakin berisiko. Dia menuangkan energinya ke dalam organisasi kesiswaan di sekolahnya seperti OSIS, untuk mengasah keterampilan kepemimpinannya dalam meraih masa depan yang diimpikannya sebagai seorang diplomat.

Tingginya prevalensi perokok di Indonesia menjadi perhatian kesehatan masyarakat yang utama. Penggunaan tembakau merupakan salah satu faktor risiko penyakit dan kematian dimana penyakit akibat merokok menyumbang lebih dari 21 persen dari semua kasus penyakit kronis di Indonesia.
Secara nasional, perokok remaja terus meningkat, dari 7.2 persen di 2013 menjadi 9.1 persen di 2018, sementara konsumsi rokok elektrik meningkat dari 1.2 persen di 2016 menjadi 10.9 persen di 2018 (Riskesdas, 2018).
Saat ini, ada 11 persen remaja (umur 13-18) perokok, dan diproyeksikan meningkat hingga sekitar 16 persen di 2030.
Beberapa provinsi di Pulau Jawa, termasuk Jawa Timur, memiliki rasio perokok remaja tertinggi di Indonesia. Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, kabupaten tempat Aisya dan Rifki tinggal, terdapat sekitar 20.000 perokok anak di bawah umur 18 tahun.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes), melalui dukungan dari UNICEF dan mitra, memulai sebuah inisiatif di tiga kabupaten di Jawa Timur termasuk Kabupaten Malang, untuk mencegah konsumsi rokok di kalangan remaja. Program itu meliputi aktivitas skrining berkala, yang terwujud atas kerjasama dengan pemangku kebijakan di tingkat kabupaten/kota maupun provinsi, termasuk Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Kanwil Kementerian Agama dan Forum Anak.
Upaya ini sejalan dengan Peraturan Menteri Pendidikan No. 64/2015 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Lingkungan Sekolah yang menguraikan langkah-langkah dan menjadi komitmen pemerintah daerah untuk mewujudkan sekolah bebas rokok di Jawa Timur. Hal ini termasuk larangan terhadap iklan tembakau, pemajangan perlengkapan yang berhubungan dengan merokok dan penjualan produk tembakau di lingkungan sekolah, serta peraturan yang melarang penjualan rokok berbentuk permen atau barang lainnya yang menyerupai produk tembakau.
Sekolah juga diwajibkan untuk melibatkan siswa perokok dalam bimbingan dan konseling. Selain itu, siswa juga diberikan edukasi kesehatan agar mereka berhenti merokok, bahkan dapat di rujuk ke Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Aisya dan Rifki secara aktif memimpin kampanye tentang bahaya merokok di kalangan siswa melalui pendekatan berbasis sekolah yang terintegrasi dengan program kesehatan sekolah (UKS – Usaha Kesehatan Sekolah).
“Kegiatan skrining ini penting untuk mempromosikan lingkungan bebas rokok. Ini penting mengingat ada cukup banyak perokok aktif tanpa empati dan perokok pasif yang sungkan untuk bersuara. Harapan saya, kegiatan ini bisa dilakukan tidak hanya disekolah melainkan di lingkungan yang lebih luas,” ujar Naufal.
Ingin Membantu Lebih Banyak Remaja di Indonesia?
Berkat kontribusi dan dukungan Anda dengan seluruh pemangku kepentingan, UNICEF dapat mengembangkan lebih banyak inisiatif untuk membantu mencegah penggunaan tembakau di kalangan remaja dan memastikan lingkungan yang lebih sehat #UntukSetiapAnak. Kisah di atas merupakan salah satu dari sekian banyak kegiatan yang digagas oleh UNICEF dan mitranya untuk mengurangi konsumsi rokok di kalangan remaja Indonesia, khususnya di sekolah.
Upaya ini tidak lepas dari dukungan para pendukung kami seperti Anda yang peduli terhadap pertumbuhan dan perkembangan kesehatan remaja di Indonesia. Untuk itu, kami membutuhkan dukungan Anda yang berkelanjutan.
Jika Anda ingin membantu program kesehatan kami atau program lainnya, silakan bergabung dan menjadi bagian dari #PendekarAnakUNICEF melalui donasi bulanan atau satu kali di sini. Kami akan sangat menghargainya.