Menuju masyarakat yang lebih sehat dengan WASH Fit
Perbaikan fasilitas kesehatan di Indonesia yang tahan iklim dengan fasilitas air yang inklusif dan bersih.
- Tersedia dalam:
- English
- Bahasa Indonesia
Bagi Nur Annisa, 18, bisa menggunakan fasilitas toilet yang bersih, lengkap dan berfungsi dengan baik di Puskesmas Mancobalang, fasilitas kesehatan terdekat dari rumahnya di Gowa, Sulawesi Selatan awalnya menjelma sebagai hal mustahil. Karena terganggu dengan kondisi itu, ia kerap memilih menunda kunjungan ke Puskesmas, khususnya saat menstruasi.
Apa yang dialami Nur, adalah kendala lumrah yang jamak dihadapi anak-anak di lingkungan sekitarnya, berikut di banyak wilayah di Indonesia. Meski akses terhadap layanan air dan sanitasi semakin membaik, satu dari empat fasilitas kesehatan primer masih kekurangan akses terhadap sanitasi dasar, adapun seperlima kekurangan layanan air dasar, yang berkontribusi terhadap wabah penyakit. Dan hanya sepertiga dari seluruh sekolah yang mempunyai akses terhadap layanan dasar air, sanitasi dan kebersihan.
Puskesmas Mancobalang mengalami kemajuan pesat ketika otoritas kesehatan dan masyarakat setempat bekerja sama dalam kerangka WASH FIT, sebuah inisiatif yang didukung UNICEF untuk meningkatkan fasilitas sanitasi dan kebersihan. Renovasi ini memperkenalkan toilet yang bersih, aman, ramah disabilitas dan gender, dilengkapi dengan cermin dan peralatan kebersihan menstruasi lainnya.
WASH FIT merupakan metodologi penilaian terkini yang bisa mengidentifikasi kebutuhan mendasar terkait fasilitas kesehatan menyangkut air, sanitasi, dan kebersihan, berikut cara mengatasinya. Dengan menetapkan standar baru untuk penyediaan layanan air dan sanitasi yang berkualitas, alat ini memungkinkan intervensi yang dilakukan bermanfaat secara berkelanjutan dan inklusif.
Pengenalan tandon air dan panel surya yang tahan terhadap perubahan iklim di Puskesmas Mancobalang menjamin pasokan air yang berkelanjutan, yang sangat penting untuk menjaga kebersihan dan mencegah infeksi.
Sebelum intervensi ini, terbatasnya pendanaan dan kendala infrastruktur telah lama menghambat perbaikan, sehingga pasien dan staf berada dalam situasi yang memprihatinkan, khususnya ketika terjadi musim kemarau panjang dan pemadaman listrik berkala.
“Baru-baru ini kami dihadapkan dengan kekeringan yang berkepanjangan, sehingga sulit untuk mengakses air dari sumur kami karena seringnya pemadaman listrik,” kata Abdul Latif, kepala Puskesmas Mancobalang. “Alhamdulillah, perbaikan yang dilakukan baru-baru ini berhasil menjawab kedua masalah ini. Toilet yang ramah penyandang disabilitas, terutama mereka yang menggunakan kursi roda, sempat menjadi sumber kekhawatiran terbesar. Saya merasa lega karena fasilitas baru ini telah berhasil mengatasi permasalahan ini.”
Dengan dukungan dana Jaminan Kesehatan Nasional, Abdul optimis dapat mempertahankan standar baru tersebut. “Saya berharap seluruh pasien dan keluarganya dapat memanfaatkan fasilitas toilet baru ini dengan bijak dan dapat menjaganya,” ujarnya.
“Fasilitas toilet yang memadai bukan hanya soal kenyamanan. Namun. Juga landasan kebersihan, kesehatan dan martabat,” kata Nurlia Anas, kader Posyandu yang bekerja di komunitas tempat Nur berada. “Renovasi toilet di Puskesmas Mancobalang menjadi contoh bagi masyarakat, yang menunjukkan bagaimana layanan penting seperti sanitasi dapat berdampak pada kesehatan masyarakat, khususnya bagi kelompok rentan seperti ibu hamil, manula, dan anak-anak. Tumbuh kembang anak dimulai dari kesehatannya, dan kesehatannya dimulai dari menjaga kebersihan, dan kebersihan dimulai dari toilet yang baik,” ujarnya.
Melalui WASH FIT, perbaikan serupa telah dilakukan di 144 fasilitas kesehatan primer di tujuh provinsi di Indonesia. Manfaatnya antara lain adalah berkurangnya tingkat infeksi dan peningkatan kepuasan masyarakat.
Kini, Nur ingin melihat peningkatan standar di tempat lain di komunitasnya. “Saya ingin memiliki toilet dengan fasilitas serupa di rumah dan terutama di sekolah. Toilet di sekolah saya bau, tidak ada cermin, air jarang tersedia, dan tidak ada pembalut. Meski ada fasilitas terpisah untuk pria dan wanita. Namun fasilitas itu masih sulit diakses oleh murid penyandang disabilitas,” ujarnya.
“Dengan investasi sekecil $4.000 (USD) – setara dengan 60 Juta Rupiah – proyek ini berpotensi memberikan manfaat bagi lebih dari 40.000 pengguna di satu puskesmas, yang merefleksikan investasi kecil untuk air bersih dan sanitasi dapat memberikan manfaat yang besar,” jelas Henky Widjaja, Kepala Kantor UNICEF Makassar. “Hal ini menjadi penanda bahwa untuk mereplikasi pendekatan ini dengan perbaikan signifikan dalam kesehatan masyarakat dapat dilakukan tanpa bergantung pada bantuan eksternal.”
UNICEF Indonesia berterima kasih atas dukungan yang diterima dari mitra-mitra utama, termasuk Pemerintah Amerika Serikat melalui Badan Pembangunan Internasional AS (USAID).