Pesantren ramah anak: mewujudkan tempat belajar yang aman di lembaga pendidikan
Mendorong informasi mengenai pencegahan kekerasan dan eksploitasi seksual di lingkungan sekolah
- Tersedia dalam:
- English
- Bahasa Indonesia
Di pelataran Pondok Pesantren Sultan Hasanuddin di Bajeg, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan, sebuah papan sederhana bertuliskan “Selamat Datang di Pesantren Ramah Anak” terpampang tidak jauh dari pintu masuk. Di antara Kaligrafi Arab yang berukir indah, informasi mengenai pencegahan pelecehan dan eksploitasi seksual juga tersedia di setiap koridor madrasah dan asrama yang didominasi warna hijau itu.
Bagi banyak kalangan pesantren di Indonesia, topik ini jarang dijadikan bahan diskusi. Namun bagi para guru dan santri di lingkungan Pondok Pesantren Sultan Hasanuddin, ini justru menjadi topik obrolan terbuka, baik antar guru maupun antar santri.
“Masalah ini bukan hal baru, namun baru-baru ini kami belajar bahwa gerakan sesederhana mengedipkan mata dan bersiul merupakan bagian dari pelecehan yang harus dilaporkan,” ungkap Surmaniah Nur, seorang guru di pesantren itu, yang belum lama ini ikut serta dalam sebuah pelatihan tentang program Pesantren Ramah Anak dari UNICEF, bersama dengan 15 guru lainnya. Program itu bertujuan untuk menciptakan pesantren yang memenuhi hak-hak anak, termasuk hak mereka untuk perlindungan dari segala bentuk kekerasan, eksploitasi dan pelecehan.

Selama pelatihan, para guru belajar tentang kekerasan berbasis gender, pelecehan dan eksploitasi seksual, dukungan kesehatan mental dan psikososial, serta cara menangani kasus-kasus yang dilaporkan kepada mereka.
Sultan Hasanuddin merupakan salah satu dari 25 pesantren di lima kabupaten di Sulawesi Selatan yang menjadi bagian dari program Pesantren Ramah Anak yang melibatkan sekitar 350 guru.
Pelatihan ini juga mengenalkan guru pada disiplin positif. Menurut penelitian yang dilakukan oleh UNICEF dan PUSKAPA Universitas Indonesia di 2014, 51 persen santri yang disurvei pernah mengalami kekerasan fisik, sementara 48 persen pernah mengalami kekerasan verbal.
M. Bachtiar Syamsuddin, MA, pengasuh pesantren itu bersyukur atas partisipasi gurunya dalam program ini, dan menyambut baik wawasan tentang disiplin positif.
“Dulu kami biasa memberikan ‘imbalan dan hukuman’ untuk mendisiplinkan santri seperti membersihkan toilet, berdiri di halaman pesantren, atau membaca Al-Quran di bawah terik matahari,” jelas Bachtiar. “Namun kini kami menghilangkan sanksi fisik dan mengutamakan pendekatan pendidikan yang lebih bermanfaat baik bagi santri maupun lingkungan sekitar.”
Usai pelatihan, pesantren ini membentuk badan khusus sebagai wadah penerima laporan yang aman bagi para santri, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui kotak aduan yang tersebar di berbagai sudut di lingkungan pesantren.
Pesantren juga membentuk “Forum Santri” – mirip dengan Forum Anak – untuk meningkatkan keterlibatan dan kesadaran di kalangan santri. Dua santri dari masing-masing kelas dipilih menjadi agen perubahan, ditunjuk sebagai Pelopor dan Pelapor untuk pencegahan pelecehan dan eksploitasi seksual. Para siswa ini diperkenalkan dengan pencegahan kekerasan melalui program anti-intimidasi ROOTS yang didukung UNICEF di pesantren dan pendidikan keterampilan hidup untuk pencegahan pernikahan anak.
“Dalam Islam, saya diajarkan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya. Saya ingin mempraktikkan pesan ini dengan melindungi teman-teman saya, khususnya santri baru.”
Ingin berkontribusi mewujudkan lebih banyak tempat belajar yang aman bagi anak?
Berkat bantuan dari para dermawan di Indonesia dan kerja sama dengan seluruh lapisan masyarakat, UNICEF dapat terus mempromosikan dan memberi pelatihan bagi tenaga didik akan pentingnya informasi seputar pencegahan kekerasan dan eksploitasi seksual pada anak di lingkungan sekolah. Tantangan ini merupakan tanggung jawab bersama untuk melindungi dan mewujudkan tempat belajar yang aman bagi anak-anak.
Meski demikian, masih banyak yang harus dilakukan untuk menjangkau sekolah di daerah lainnya di seluruh Indonesia. Untuk itu kami butuh dukungan Anda.
Jika Anda ingin mendukung program ini agar dapat menjangkau anak-anak dan lembaga pendidikan yang lebih luas, Anda bisa berdonasi ke UNICEF. Kami akan sangat menghargainya.