Semangat Suster Emilia untuk Pendidikan dan Literasi

Program Literasi Kelas Awal UNICEF Mendukung Tenaga Pendidik di Papua Menyambut Pembelajaran Tatap Muka serta Mengajar Kemampuan Dasar Para Siswa-Siswi

UNICEF
Suster Emilia bersama seorang siswa di sebuah kelas dasar di Sekolah Dasar St. Fransiskus Xaverius II Merauke sedang membaca lembaran literasi awal.
UNICEF/2022
14 Maret 2022

Di salah satu sudut Sekolah Dasar (SD) St. Fransiskus Xaverius II Merauke, sebuah fasilitas ruang baca berwarna cerah baru saja resmi dibuka, lengkap dengan berbagai buku-buku menarik dan meja yang luas. Para guru di sekolah itu juga nampak bersemangat dan siap untuk mencoba beberapa keterampilan baru menyambut kembali para siswa-siswi dalam kegiatan pembelajaran tatap muka (PTM).

Selama dua tahun terakhir, pandemi COVID-19 telah berdampak besar terhadap proses belajar anak di seluruh Indonesia. Ini diperparah dengan keterbatasan akses internet, perangkat komunikasi yang kurang memadai, serta kesenjangan digital. Kebijakan penutupan sekolah pada gilirannya berdampak signifikan, khususnya di Provinsi Papua dimana tingkat literasi rata-rata daerah lebih rendah dibandingkan rata-rata nasional.

Dampak ini, bukan hanya dirasakan oleh siswa-siswi dan orang tua, namun juga garda terdepan pendidik di Indonesia seperti Suster Emiliana Rumsory selaku kepala SD St. Fransiskus Xaverius II Merauke. Suster Emilia, sapaan akrabnya, pindah ke Papua pada 2019, dengan semangat meningkatkan kemampuan literasi anak-anak sekolah dasar. Hanya saja, kebijakan penutupan sekolah, serta sulitnya pelaksanaan belajar secara daring (dalam jaringan) membuat niatan baiknya menjadi tersendat.

Saat pemerintah memutuskan untuk memperbolehkan PTM secara terbatas di akhir 2021, Suster Emilia sangat antusias menyambutnya. Meski begitu, dia menyadari banyaknya tantangan yang harus dihadapi menyambut kembali dibukanya sekolah, semisal kemampuan siswa-siswi yang tidak merata meski satu tingkatan karena perbedaan situasi dan kondisi belajar di rumah, serta kondisi COVID-19 yang terus berubah di kawasan itu.

“Anak-anak kehilangan banyak waktu untuk belajar. Kemampuan membaca dan menulis mereka menurun. Mau tidak mau, kami harus mulai dari awal lagi.” ujar Suster Emilia.

Menyambut kembali dibukanya sekolah, Suster Emilia dan rekan guru lainnya memutuskan untuk membuat skala prioritas. Dari meningkatkan kapasitas guru dalam mengajar kemampuan dasar, menyediakan fasilitas tempat cuci tangan yang memadai, hingga memastikan bahwa seluruh siswa-siswi serta petugas sekolah mengikuti Protokol Kesehatan (Prokes) seperti mencuci tangan, mengenakan masker, dan menjaga jarak. Hanya saja, untuk menggapai itu semua bukanlah persoalan mudah.

Suster Emilia tengah berbincang-bincang dengan para guru di Sekolah Dasar St. Fransiskus Xaverius II Merauke.
UNICEF Indonesia/2022
Suster Emilia tengah berbincang-bincang dengan para guru di Sekolah Dasar St. Fransiskus Xaverius II Merauke.

Karenanya, ketika Suster Emilia mendengar bahwa UNICEF, bersama dengan Organisasi Non-Pemerintah (NGO) bernama Yayasan Berkat Lestari mengadakan pelatihan Kelas Literasi Awal (EGL), tanpa sungkan dia mengirimkan lebih dari separuh tenaga pendidik di sekolah itu melalui dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

Dalam rangka mendukung pendidikan siswa-siswi kelas dasar di masa pandemi dan seterusnya, UNICEF, melalui dukungan dana dari Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT) Pemerintah Australia, bekerjasama dengan para mitra, memastikan kebutuhan yang diperlukan khususnya menyangkut proses belajar mengajar para guru, guna membangun lingkungan belajar yang kondusif dan aman untuk semua.

Pelatihan yang dilaksanakan oleh Yayasan Berkat Lestari dan UNICEF tidak hanya diperuntukkan bagi para guru di tingkatan kelas saja, melainkan juga supervisi dan pendampingan oleh fasilitator sekolah. Para supervisor ini kemudian memperkenalkan praktik mengajar ramah anak yang kondusif, sekaligus memastikan bahwa seluruh pengajar tetap mengikuti Prokes. Pelan tapi pasti, pelatihan tersebut mampu mengubah pola asuh para guru di SD St. Fransiskus Xaverius II Merauke, dan mulai dapat dirasakan oleh para siswa-siswi di kelas.

“Awalnya, guru lebih sering ceramah jadi rasanya monoton sekali, namun saat ini guru mengajar dengan memadukan nyanyian, gerakan, dan lagu sehingga memudahkan anak-anak untuk membaca,” ungkap Suster Emilia sembari tersenyum pada saat memulai pembelajaran di bulan pertama tahun 2022. 

SD St. Fransiskus Xaverius II Merauke telah mengadopsi sistem pendekatan mengajar baru yang diperkenalkan melalui pelatihan literasi kelas awal (EGL) dengan harapan bisa tetap dilaksanakan meski pandemi telah usai. Sebagai bagian dari program, sekolah ini juga akan menyediakan pojok baca di setiap kelas yang berisi buku cerita untuk siswa-siswi.

“Kami tidak mau program ini hanya sementara,” seru Suster Emilia penuh harap, “kami ingin melanjutkan kebiasaan baik ini menjadi bagian dari budaya pengajaran sekolah.”

Sebagai sosok perempuan yang dikenal bijak dan bersahaja di lingkungannya, Suster Emilia semakin percaya diri dengan kemampuannya dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Papua, sekaligus memastikan bahwa anak-anak di sana dapat memiliki kemampuan membaca yang terus berkembang.

“Di masa yang akan datang, kami mau melihat perkembangan para tenaga pengajar kami, sekaligus mengetahui bagaimana dampaknya terhadap kemampuan literasi para siswa-siswi,” ujarnya penuh semangat sesaat sebelum mengakhiri kisah tentang rencana sekolah dalam meningkatkan literasi kelas awal.

Suster Emilia duduk di meja kerja tengah mempersiapkan kegiatan sekolah selama setahun ke depan.
UNICEF Indonesia/2022
Suster Emilia duduk di meja kerja tengah mempersiapkan kegiatan sekolah selama setahun ke depan.

“Semua ini kami lakukan semata-mata untuk anak-anak peserta didik kami.” 

Sister Emilia

Ingin Berkontribusi dalam Pengembangan Pendidikan bagi Anak-Anak Indonesia Selama dan Sesudah Pandemi COVID-19?

Kisah di atas hanyalah salah satu contoh dari jenis pekerjaan UNICEF, bersama dengan mitra berdedikasi di seluruh Indonesia untuk mendukung pendidikan siswa kelas awal selama pandemi hingga seterusnya.

Tantangannya masih jauh dari selesai, dan upaya terkoordinasi jangka panjang akan diperlukan untuk mendukung kegiatan sekolah beserta para tenaga pendidikan lain. Untuk ini kami membutuhkan dukungan Anda.

Jika Anda ingin membantu anak-anak melalui pengembangan lingkungan belajar yang memadai dan aman bersama dengan guru pendukung di daerah lain di Indonesia selama dan di luar pandemi COVID-19, mohon pertimbangkan untuk berdonasi ke UNICEF. Kami sangat menghargai kontribusi Anda.

DONASI SEKARANG