Kisah inspiratif anak muda
Kenal lebih dekat dengan profil remaja dan anak muda yang berpartisipasi dalam COVID-19 Diaries

- Tersedia dalam:
- English
- Bahasa Indonesia
Sejak pertama kali COVID-19 Diaries diumumkan, kami telah menerima lebih dari 500 karya dari remaja dan anak muda yang membagikan cerita dan pengalaman mereka selama menghadapi pandemi.
Setiap bulannya, kami akan memilih satu profil untuk ditampilan dalam 'Kisah Inspiratif Anak Muda.' Mari kenal lebih dekat dengan mereka dan dapatkan inspirasi dari aksi mereka!
April 2021 | Ebenhaezer Gesit Denandrya |
Maret 2021 | Intan Rahmawati |
Februari 2021 | Hardyanto Satrio |
Januari 2021 | Audy Amariztha Rapsolly |
Desember 2020 | Pandu Permana |
November 2020 | Fadilla Hersanti |
Oktober 2020 | Olivia Amalia Valentine |
September 2020 | Anfield Wibowo |
Agustus 2020 | Yonathan Bimo Satrio |
Juli 2020 | Rizka Raisa Fatimah Ramli |
Juni 2020 | Lulu Il Asshafa |
Ebenhaezer Gesit Denandrya

Ebenhaezer Gesit Denandrya atau Eben, 11 tahun, merupakan siswa kelas 5 SD di Jawa Tengah. Saat ini, ia tinggal di Ungaran, sebuah kota kecil yang berjarak sekitar 25 km dari ibukota provinsi Jawa Tengah, Semarang. Eben menyukai bermain petak umpet bersama teman-temannya di sekitar rumahnya yang dikelingi ladang dan sawah yang luas.
Sebelum pandemi, Eben aktif mengikuti berbagai kegiatan di sekolah, seperti Pramuka dan dokter kecil. Eben memanfaatkan waktu luangnya untuk menggambar, ditemani dengan ibu dan kakaknya. Ibu Eben sering mengikutsertakannya dalam lomba menggambar. Selama pandemi ini, lomba menggambar diselenggarakan secara online. Terkadang Eben menang, tetapi pernah kalah juga. Dalam menang atau kalah, Ibu Eben tak kenal lelah untuk selalu menyemangatinya.
Eben bercita-cita ingin menjadi seorang arsitek. Ibunya berpesan agar Eben belajar matematika dengan giat jika ingin menjadi arsitek. “Kelak, kalau saya sudah menjadi arsitek, saya ingin membangun rumah yang dihiasi banyak bunga untuk ibu saya, membangun sekolah yang asri dan sejuk untuk anak-anak yang kurang mampu, serta membuat perpustakaan kota,” jelas Eben.
Eben menamakan karyanya 'Ayo Pakai Masker'. Karya ini ia buat dengan tujuan untuk mengingatkan kita semua bahwa memakai masker adalah salah satu upaya efektif untuk mengurangi penyebaran virus COVID-19. Eben merasa masih banyak orang yang lalai dalam menggunakan masker.
Eben berharap pandemi ini segera berakhir sehingga ia dapat kembali bersekolah dan bermain bersama teman-temannya lagi. Ia juga berharap agar masyarakat Indonesia bisa sehat dan terhindar dari virus-virus berbahaya lainnya.
Pesan Eben untuk anak-anak di Indonesia adalah tetaplah rajin belajar. “Banyak teman-teman kita yang tidak bisa belajar selama pandemi ini, karena tidak ada sinyal, tidak punya hp atau harus bekerja membantu orang tua. Oleh karena itu, kita harus bersyukur karena masih bisa belajar”.
Lihat karya Eben
“Banyak teman-teman kita yang tidak bisa belajar selama pandemi ini, karena tidak ada sinyal, tidak punya hp atau harus bekerja membantu orang tua. Oleh karena itu, kita harus bersyukur karena masih bisa belajar”
Intan Rahmawati

Intan Rahmawati, 15 tahun, saat ini sedang menempuh pendidikan menengah pertama di Kota Tangerang Selatan. Intan tergolong anak yang pemalu dan pendiam. Ia banyak menghabiskan waktunya untuk menulis di saat pandemi ini.
Menulis adalah salah satu hobi yang dikembangkan Intan saat berada di rumah. Baginya, menulis adalah hal yang sangat menyenangkan. Kertas seolah menjadi teman bermainnya. Ia dapat menuangkan pikiran dan imajinasinya, juga menyuarakan banyak hal yang tidak bisa ia ucapkan. Intan menulis hampir setiap hari, setidaknya minimal satu paragraf dalam satu hari. Tulisannya kemudian ia unggah di blog online. Intan senang apabila tulisannya dipublikasikan dan dapat memberikan manfaat bagi orang lain.
Karyanya ia namakan “Stay Productive at Home”. Selain menulis, Intan juga suka merawat tanaman hias dan membuat prakarya, seperti yang ia bagikan melalui postingan instagram untuk #COVID19Diaries. Melalui karyanya, Intan harap meskipun sedang berada di rumah saja seperti sekarang ini, bukan berarti hanya bermalas-malasan atau berdiam diri. Kita bisa melakukan hal-hal produktif dan bermanfaat yang belum pernah dilakukan. Ia berpesan “Mari jadikan masa pandemi untuk membuat kita lebih baik lagi. Yuk, jangan hanya rebahan, tetapi buatlah perubahan.”
Intan ingin pandemi ini segera berakhir dan anak muda Indonesia tidak kehilangan waktu untuk mengembangkan diri secara optimal. Ia berharap pandemi ini menjadi refleksi untuk kita menjadi lebih baik lagi, lebih sadar tentang pentingnya menjaga kebersihan terutama dari yang sangat kecil tapi berpengaruh besar, yaitu mencuci tangan.
Intan bercita-cita menjadi seorang penulis. Sosok inspirasional baginya adalah Sapardi Djoko Damono, seorang pujangga Idonesia terkemuka, yang dikenal lewat berbagai puisi-puisinya.
Pesan Intan bagi anak muda lainnya, “Yakinlah setelah kesulitan pasti ada kemudahan. Siang diciptakan karena yang gelap tidak akan selamanya gelap. Semua akan indah pada waktunya. Jadi, jangan mudah menyerah dan tetap semangat.”
Lihat karya Intan
“Mari jadikan masa pandemi untuk membuat diri kita lebih baik lagi. Yuk, jangan hanya rebahan, tetapi buatlah perubahan.”
Hardyanto Satrio

Hardyanto Satrio, 20 tahun, adalah seorang mahasiswa jurusan Bahasa Inggris di salah satu perguruan tinggi di Toraja. Sebelum pandemi, Ardy aktif mengikuti perkuliahan secara tatap muka. Namun, sejak pandemi dimulai, Ardy pun melanjutkan perkuliahan melalui jarak jauh. Meskipun pandemi ini berdampak pada kesehariannya, terutama pada kurangnya aktivitas fisik, Ardy mengaku pandemi ini mengajarkannya banyak hal. Ia menjadi lebih menjaga kebersihan, peduli terhadap kesehatan, menghabiskan banyak waktu bersama keluarga, serta banyak memanfaatkan waktu untuk meningkatkan kemampuan menggambarnya.
“Mempertajam Bakat” adalah judul karyanya untuk COVID-19 Diaries. Melalui karyanya, ia berpesan bagi kita semua untuk memanfaatkan waktu sebaik mungkin dengan mengasah bakat atau kemampuan yang kita miliki.
Ardy ingin agar pandemi ini segera berakhir dan kita dapat mengambil sisi positif dari masa-masa sulit ini. “Sesulit apapun rintangan yang kita hadapi, jika kita masih memiliki harapan dan percaya pada harapan itu, yakinlah akan ada cahaya bagi kita untuk melewati gelapnya rintangan tersebut,” ujar Ardy.
Ardy memiliki banyak impian yang ingin ia raih, seperti menjadi graphic designer, guru Bahasa Inggris, dan juga menjadi seorang international superstar. Ia ingin dapat memotivasi dan menyebarkan energi positif bagi anak-anak lain dari berbagai belahan dunia.
Ardy ingin anak muda di Indonesia menjaga pikiran agar tetap positif selama pandemi ini. Ia pun berpesan, “Pastikan kamu memiliki pemikiran yang sehat dalam melihat dan menghadapi setiap situasi. Karena sebaik apa pun sesuatu, akan menjadi terlihat salah jika kamu menghadapinya menggunakan pemikiran yang buruk.”
Lihat karya Ardy
“Sesulit apapun rintangan yang kita hadapi, jika kita masih memiliki harapan dan percaya pada harapan itu, yakinlah akan ada cahaya bagi kita untuk melewati gelapnya rintangan tersebut."
Audy Amariztha Rapsolly

Audy Amariztha Rapsolly, atau biasa dipanggil Ody, 15 tahun, saat ini tinggal di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Selama pandemi, Ody melakukan pembelajaran secara online. Ody mengisi waktu luangnya dengan menggambar dan mengambil foto.
Ody memiliki banyak cita-cita, salah satunya adalah menjadi seorang desainer. Menurut Ody, dengan menjadi seorang desainer dirinya dapat berkreasi dan membuat hal baru yang unik.
“Hello new normal” merupakan judul yang ia berikan untuk karyanya. Melalui karyanya, Ody ingin agar kita semua tetap disiplin menjaga kesehatan dan tetap berada di rumah selama masa pandemi. Meski berada di rumah saja, ia berpesan supaya kita tidak bermalas-malasan dan tetap produktif. Salah satunya adalah dengan belajar hal baru yang positif.
Ody berharap agar pandemi ini segera berakhir dan semuanya dapat kembali normal. “Pesan saya kepada seluruh anak-anak Indonesia untuk tetap semangat menjalani hari. Gunakan waktu yang ada dengan sebaik mungkin dan kembangkan potensi diri menjadi lebih baik lagi.”
Lihat karya Ody
“Pesan saya kepada seluruh anak-anak Indonesia untuk tetap semangat menjalani hari. Gunakan waktu yang ada dengan sebaik mungkin dan kembangkan potensi diri menjadi lebih baik lagi.”
Pandu Permana

Pandu Permana adalah seorang ilustrator dari Yogyakarta. Sebelum pandemi, Pandu sering bertemu beberapa teman untuk mengerjakan ilustrasi bersama. Namun, setelah pandemi Pandu lebih sering mengerjakan ilustrasi secara online. Selain itu, Pandu juga sering membagikan karya-karyanya di akun Instagram miliknya.
Judul karya Pandu adalah ‘Berkarya dari Rumah, dari Kita untuk Kita.’ Pesan yang ingin Pandu sampaikan adalah di manapun kita berada dan bagaimanapun kondisi kita saat ini, sebisa mungkin cobalah untuk tetap berkarya sesuai kemampuan dan minat kita masing-masing. Menurut Pandu, kita harus selalu mencari cara untuk berkarya dan memberikan yang terbaik dari diri kita demi diri kita sendiri, keluarga, teman, dan seluruh masyarakat.
Pandu berharap pandemi ini segera berakhir dan kita tidak menyerah di masa yang sulit ini. Pandu paham setiap kesulitan yang dihadapi setiap orang pasti berbeda-beda. Ia meyakini bahwa di tiap kesulitan yang kita hadapi selalu ada pelajaran yang bisa kita ambil. "Selama percikan api harapan itu masih ada, saya yakin kita pasti bisa melakukannya. Jadi, ada dua pilihan ketika menghadapi masa sulit: menyerah pada keadaan dan menjadi semakin terpuruk atau bangkit dan menuju masa depan cemerlang, manakah yang akan kita pilih?" kata Pandu.
Pandu memiliki banyak impian. Salah satu impiannya adalah membuat perusahaan film kartun. Sejak kecil hingga sekarang, Pandu suka menonton film kartun. Di film-film yang ia tonton itu sering diajarkan mengenai pesan-pesan positif dan pentingnya memiliki impian serta usaha untuk mencapai impian tersebut. Selain itu, Pandu juga ingin keliling dunia dan membuat channel Youtube tentang perjalanannya. "Saya suka mengenal dan mempelajari budaya di berbagai tempat berbeda. Saya ingin membagikan perjalanan saya agar orang-orang yang menontonnya bisa terhibur dan mendapat pengetahuan tentang budaya di tempat itu.”
Lihat karya Pandu
"Ada dua pilihan ketika menghadapi masa sulit: menyerah pada keadaan dan menjadi semakin terpuruk atau bangkit dan menuju masa depan cemerlang, manakah yang akan kita pilih?"
Fadilla Hersanti

Fadilla Hersanti, adalah murid kelas 10 SMA di daerah Sumber, Kabupaten Cirebon. Fadilla suka sekali melukis, bermain gitar, mengambil foto, dan belajar. Sebelum pandemi, Fadilla lebih banyak beraktivitas di sekolah dibandingkan di rumah. Namun, selama pandemi, Fadilla mengisi hari-harinya dengan belajar, menggambar, dan bermain gitar di rumah, serta berlatih marching band di daerah saya dengan mematuhi protokol kesehatan.”
Karya Fadilla untuk COVID-19 Diaries berjudul ‘New Normal for Children.’ Melalui karyanya, Fadilla menyampaikan harapannya agar teman-teman yang mulai beraktivitas sedikit demi sedikit di masa new normal ini bisa terus menerapkan protokol kesehatan. Semoga kita bisa segera merasakan kebebasan seperti sebelum masa pandemi.
“Saya berharap semoga masa pandemi ini cepat berakhir, dan kami – anak-anak muda Indonesia – bisa kembali beraktivitas seperti semula,” kata Fadilla. Pesan yang ingin Fadilla sampaikan kepada seluruh anak muda di Indonesia, mari jadikan masa pandemi ini untuk mengubah diri kita menjadi lebih baik lagi, jangan jadikan masa pandemi untuk bermalas-malasan. Kita bisa mencoba berbagai hal baru, bereksperimen, berkarya, lebih disiplin, dan tetap rajin.
Fadilla punya banyak mimpi dan kenginan. Salah satunya, Fadilla memiliki ketertarikan untuk mendalami kesehatan mental anak-anak. Untuk itu, suatu saat nanti, Fadilla ingin menjadi psikolog anak, atau dokter anak, atau dokter spesialis kejiwaan.
Lihat karya Fadilla
“Saya berharap semoga masa pandemi ini cepat berakhir, dan kami – anak-anak muda Indonesia –bisa kembali beraktivitas seperti semula.”
Olivia Amalia Valentine

Olivia Amalia Valentine, atau biasa dipanggil Valent, saat ini tinggal di Yogyakarta. Sebagai seorang ilustrator, ia mengisi hari-harinya untuk melukis, membuat ilustrasi dan desain. Selama pandemi, ia memang lebih banyak tinggal di rumah. Namun, hal itu tidak menghalanginya untuk berkarya. Ia justru merasa semakin bersemangat untuk berkarya dan membagikan pesan-pesan positif melalui visual dan ilustrasi yang ia buat.
Sebelum pandemi, ia sering mengadakan pertemuan dengan teman-teman komunitas ilustrator untuk melakukan kegiatan kesenian bersama, seperti pameran lukisan. Sejak pandemi, ia dan teman-teman ilustrator dari berbagai wilayah di Indonesia tetap rutin berkomunikasi secara virtual untuk berbagi ilmu, serta tetap produktif, misalnya dengan mengadakan pameran virtual.
Karya Valent untuk COVID-19 Diaries berjudul “Produktif Berkarya Meski di Rumah Saja.” Pesan yang ingin ia sampaikan adalah di manapun kita berada dan bagaimanapun kondisi saat ini, marilah tetap aktif berkarya. Terus sebarkan manfaat bagi diri sendiri, keluarga, atau orang lain, meski dimulai dari hal-hal kecil.
Valent berharap pandemi ini bisa segera berakhir sehingga semua orang dapat beraktivitas secara normal kembali. Walaupun pandemi ini belum berakhir, jangan patah semangat, terus berusaha melakukan hal-hal positif dan bermanfaat. Ia yakin setiap orang pasti punya kesulitan masing-masing. Namun, ia ingin mengingatkan agar kita mau tetap positif dan selalu bersyukur dalam keadaan sesulit apapun. Ia tahu bahwa hal ini sulit terutama ketika kita merasa hilang harapan. “Percayalah, jika kita tetap bersyukur, berpikir positif, serta selalu melakukan segala hal dengan maksimal, saya yakin semua akan indah pada waktunya,” ujar Valent.
Suatu saat nanti, Valent ingin sekali bisa mewujudkan mimpinya memiliki perusahaan batik. Ia suka sekali membuat desain batik dan berharap bisa menciptakan desain batik yang memiliki kisah penuh makna. “Saya ingin desain saya bisa menginspirasi banyak orang, dan saya juga ingin turut melestarikan batik.”
Lihat karya Valent
“Percayalah, jika kita tetap bersyukur, berpikir positif, serta selalu melakukan segala hal dengan maksimal, saya yakin semua akan indah pada waktunya.”
Anfield Wibowo

Anfield Wibowo, 15 tahun, saat ini sedang menempuh pendidikan di SLB B Pangudi Luhur, Jakarta. Selama pandemi COVID-19, Anflied merasa tidak bebas dan jenuh, tetapi keadaan ini justru membuatnya menjadi kreatif. Anfield rutin menggambar, melukis, dan melakukan kegiatan kesenian lainnya setiap hari di rumah.
Sebagai remaja tuli dan remaja dengan sindrom asperger, Anfield kerap menghadapi tantangan dalam bersosialisasi dan berkomunikasi sehari-hari. Akan tetapi, Anfield selalu berusaha dan pantang menyerah. Selain berlatih lisan dan tulisan, Anfield menggunakan lukisan sebagai medianya untuk menyampaikan pesan. Dengan melukis, Anfield merasa lepas dan bebas. Kanvas adalah taman bermain baginya.
Sejak usia 2 tahun, Anfield sudah belajar memegang pensil dan belajar menarik garis dengan tegas dan cepat. Kemudian, saat usianya 7 tahun, Anfield masuk ke sebuah sanggar lukis yang diasuh seorang seniman. Dialah yang memperkenalkan Anfield pada media kanvas. Dia juga yang mengerti Anfield dan memberikan kebebasan penuh pada Anfield untuk berkarya.
Semua hal yang ada di sekitarnya adalah inspirasi bagi Anfield dalam berkarya, termasuk karya-karya pelukis lain, buku-buku bergambar, tayangan TV atau Youtube. Semua ia padukan dengan imajinasinya.
Karyanya diberi judul 'Rasa dan asaku.' Walaupun keadaan serba sulit, Anfield berpesan agar kita harus tetap bersyukur karena kehidupan tetap ada dan tetap berjalan. Kita harus ingat bahwa semua akan segera berakhir.
Anfield berharap agar selama pandemi ini kita bisa menjadi semakin tegar, kuat, dan optimis. Anfield juga berharap agar kita bisa meningkatkan kepedulian terhadap sesama. “Jangan menyerah, tetap optimis, dan teruslah berkarya," katanya. "Ayo isi waktu ini sebaik-baiknya demi diri sendiri, keluarga, dan sesama!”
Anfield ingin bisa terus sekolah dan menggapai cita-citanya menjadi pelukis. “Semoga karya-karya saya dapat menginspirasi semua orang. Saya mempersembahkan karya-karya saya untuk orang-orang terdekat saya, masyarakat, dan negara.”
Lihat karya Anfield
“Jangan menyerah, tetap optimis, dan teruslah berkarya. Ayo isi waktu ini sebaik-baiknya demi diri sendiri, keluarga, dan sesama!”
Yonathan Bimo Satrio

Yonathan Bimo Satrio, atau biasa dipanggil Bimo, berasal dari kota Banjarbaru di Kalimantan Selatan, tetapi saat ini sedang menempuh pendidikan di Universitas Atma Jaya Yogyakarta, jurusan sosiologi. Bimo suka sekali membuat konten video, menari, menggambar, dan mewarnai. Sebelum pandemi, kegiatan Bimo sehari-hari diisi dengan kuliah dan aktivitas di beberapa komunitas kampus, yaitu On Fire dan Tepus Story. Selain itu, Bimo juga rutin latihan menari setiap minggu. Akan tetapi, setelah pandemi, semua berubah. Bimo kembali ke rumahnya dan menghabiskan waktu di rumah bersama keluarga. Kegiatan bersama komunitas kini dilakukan melalui media sosial. Selama di rumah, Bimo tetap berlatih tari, membuat konten video, menggambar, mewarnai, dan menanam berbagai tanaman sayur organik agar tetap produktif dan tetap semangat.
Karya Bimo diberi judul “Semua akan indah pada waktunya dan menuju masa depan yang lebih baik.” Inspirasi Bimo untuk karya ini berasal dari pengalamannya bersama komunitas Tepus Story dimana ia memiliki kesempatan untuk mengajar adik-adik di Tepus dan melihat semangat belajar mereka yang begitu besar. Meski demikian, mereka tetap tak lupa menikmati masa bermain. “Masa pandemi menjadi tantangan baru untuk memulai hidup yang baru. Pandemi memang mengubah segalanya, tapi tidak pada semangat kita untuk menuju hidup yang baru. Mungkin kamu bosan, jenuh dan tertekan selama di rumah. Akan tetapi, percayalah kamu bisa mendapatkan kunci untuk mencapai masa depan yang lebih baik,” demikian pesan Bimo.
Bimo juga berharap setelah pandemi selesai, masyarakat mulai punya kesadaran untuk selalu menerapkan hidup sehat dan bersih, seperti makan-makanan yang sehat, rajin cuci tangan, dan selalu pakai masker saat sedang keluar. Selain itu, Bimo juga ingin terus melanjutkan cerita petualangan hidupnya di buku harian dan bisa berbagi cerita dengan teman-teman tentang banyak hal yang kita pelajari selama pandemi.
Untuk menutup ceritanya, Bimo juga berbagi tentang mimpi yang ingin dicapainya. “Impian saya ingin membangun sebuah organisasi atau LSM untuk anak-anak. Saya ingin organisasi ini bisa menjadi tempat anak-anak muda berkontribusi, belajar meningkatkan rasa empati, dan memberikan perhatian penuh untuk kesejahteraan anak-anak.”
Lihat karya Bimo
“Masa pandemi menjadi tantangan baru untuk memulai hidup yang baru. Pandemi memang mengubah segalanya, tapi tidak pada semangat kita untuk menuju hidup yang baru. Mungkin kamu bosan, jenuh dan tertekan selama di rumah. Akan tetapi, percayalah kamu bisa mendapatkan kunci untuk mencapai masa depan yang lebih baik.”
Rizka Raisa Fatimah Ramli

Rizka, 19 tahun, saat ini tinggal di Makassar. Sebelum pandemi, hari-hari Rizka diisi dengan kunjungan ke perpustakaan untuk belajar dan menggambar atau datang ke perkumpulan menggambar. Sejak pandemi, Rizka menghabiskan waktunya untuk belajar dan menggambar di rumah, serta beristirahat.
Rizka berharap karya-karyanya bisa menginspirasi banyak orang. “Tidak semua orang bisa merasa aman di ‘rumah’ sendiri” adalah judul sekaligus pesan yang ingin Rizka sampaikan melalui karyanya untuk #COVID19Diaries. Karya ini terinspirasi dari berbagai cerita yang dibacanya di internet mengenai kekerasan dalam rumah tangga. Pandemi #COVID19 dan kondisi sosial yang mengikutinya bisa menyebabkan meningkatnya risiko anak-anak mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Rizka juga mendengar beragam tanggapan mengenai karyanya. Ada juga beberapa orang yang menangkap pesan lain, seperti seperti perbedaan “kelas” masyarakat dalam menghadapi pandemi. Tetapi menurut Rizka, setiap karya dapat memiliki beragam interpretasi.
Pesan Rizka bagi kita semua yang sedang menghadapi pandemi, “Masa pandemi ini adalah masa yang sulit bagi kita semua. Berdiam di rumah mungkin terasa membosankan, tapi semoga masyarakat hanya keluar rumah bila memang perlu agar memutus tali penyebaran. Jika rumahmu tidak lagi terasa seperti ‘rumah’ pastikan kamu menghubungi teman kamu atau orang lain yang kamu percaya.”
Lihat karya Rizka
"Jika rumahmu tidak lagi terasa seperti ‘rumah’ pastikan kamu menghubungi teman kamu atau orang lain yang kamu percaya.”
Lulu Il Asshafa

Tahun ini, Lulu lulus dari SMA Negeri 1 Purworejo dan bersiap menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi.
Berbekalkan materi yang diberikan dari Workshop Videography yang diselenggarakan oleh UNICEF, U-Report, dan Yayasan Setara, video Lulu yang dipublikasikan UNICEF mendapat sambutan hangat dari banyak orang, dengan jumlah like lebih dari 260 ribu. Lulu berharap karyanya dapat menginspirasi kita semua untuk mengoptimalkan waktu yang kita miliki selama pandemi.
Lulu juga berpesan agar kita semua selalu menjaga kesehatan selama pandemi. Tidak hanya kesehatan fisik, tapi juga kesehatan pikiran dan hati. Jaga kesehatan fisik dengan tetap di rumah, menggunakan masker ketika pergi ke luar, dan sering cuci tangan. Penting juga untuk menjaga kesehatan pikiran dengan tetap produktif, dan menjaga kesehatan hati dengan tetap ibadah di rumah.
“Harapan saya, semoga pandemi cepat berakhir, ekonomi pulih, dan pendidikan normal kembali. Indonesia siap menyambut masa baru dengan kekuatan baru,” ujar Lulu sebagai pesan penutup
Lihat karya Lulu
“Harapan saya, semoga pandemi cepat berakhir, ekonomi pulih, dan pendidikan normal kembali. Indonesia siap menyambut masa baru dengan kekuatan baru.”