1 dari 9 Perempuan Indonesia Menikah saat Usia Anak
Hal-hal yang perlu diketahui oleh remaja perempuan pada khususnya.

- Tersedia dalam:
- English
- Bahasa Indonesia
Anak perempuan yang sudah menstruasi banyak yang menjalani perkawinan pada usia anak, hal yang merupakan salah satu bentuk pelanggaran terhadap hak asasi anak. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2018, angka perkawinan anak di Indonesia mencapai 1,2 juta kejadian dengan satu dari sembilan perempuan Indonesia usia 20-24 tahun menikah saat usia anak.
1. Akses informasi Kesehatan Reproduksi dan Menstruasi
Berdasarkan data UNICEF, satu dari empat anak perempuan di Indonesia tidak pernah mendapatkan informasi tentang menstruasi sebelum mengalami menstruasi pertama. Berdasarkan data SDKI 2017, satu dari lima anak perempuan tidak mengetahui bahwa menstruasi adalah tanda bahwa secara fisik mereka sudah bisa hamil.
2. Mitos seputar menstruasi
Terdapat berbagai mitos seputar menstruasi. Misalnya, mengonsumsi daging dan ikan saat menstruasi dapat menyebabkan darah menjadi bau. Ada pula kegiatan yang dianggap terlarang saat menstruasi, seperti keramas dan memotong kuku. Pada kenyataannya, membersihkan diri, termasuk mencuci rambut, saat menstruasi baik dilakukan karena membuat badan terasa segar dan melindungi tubuh dari bakteri penyebab bau. Mitos yang melarang konsumsi daging atau ikan ketika menstruasi pun sangat menyesatkan. Daging dan ikan mengandung banyak protein dan zat besi yang dibutuhkan perempuan untuk mengganti sel-sel darah merah yang hilang saat menstruasi.
3. Manajemen Kebersihan dan Kesehatan saat Menstruasi
Pembalut dapat berupa pembalut sekali pakai atau pembalut yang dapat dipakai ulang. Pembalut harus diganti secara regular, maksimal sekali setiap 4 jam, walaupun darah yang keluar hanya sedikit. Seringkali anak menunggu sampai darah penuh dalam pembalut atau sampai 6 jam atau lebih. Hal ini dapat menyebabkan infeksi saluran reproduksi, infeksi saluran kencing, dan iritasi kulit. Sebab, darah yang keluar ketika menstruasi mengandung bakteri yang dalam waktu 30 menit sudah duplikasi, sehingga dalam waktu 1-2 jam bakterinya sudah banyak.
Agar tidak menjadi sumber penularan penyakit, pembalut harus dibuang dengan cara yang benar, yaitu dengan dibungkus. Jika terdapat banyak darah, lebih baik cuci dahulu pembalut dengan air mengalir, kemudian bungkus dan buang ke tempat sampah tertutup.

4. Akses Terhadap Sarana Sanitasi
Poling UNICEF Indonesia menunjukkan bahwa 1 dari 5 anak perempuan di Indonesia mengalami kesulitan dalam mengakses maupun membeli pembalut, dan 1 dari 10 merasa malu dan kekurangan privasi dalam mengakses sarana sanitasi menstruasi. Hal ini juga terjadi di lingkungan sekolah yang dialami oleh sebagian besar remaja perempuan di Indonesia. Inilah pentingnya edukasi tentang Manajemen Kebersihan dan Kesehatan Menstruasi di kalangan remaja, termasuk remaja laki-laki.
5. Akses ke Pengetahuan: Oky aplikasi pelacak menstruasi
Remaja perempuan perlu mengetahui pola siklus menstruasinya agar lebih mudah untuk mengetahui siklus menstruasi yang berikutnya. Dengan begitu, ia dapat mempersiapkan diri saat menstruasi tiba. UNICEF mengembangkan Oky, aplikasi berbasis android dan iOS pada telpon genggam yang bermanfaat untuk melacak siklus menstruasi, khususnya untuk remaja. Informasi tentang Oky dapat diperoleh pada tautan Oky App. Untuk mengunduh aplikasi ini terdapat pada tautan Unduh Oky App.