Inovasi dengan Empati untuk Menjawab Permasalahan Remaja
Remaja hadirkan perubahan positif dan empati di lingkungannya melalui keterampilan digital dan kewirausahaan

- Tersedia dalam:
- English
- Bahasa Indonesia
Kinanti jemu dengan budaya nge-geng yang tidak sehat di SMA-nya di Jakarta Timur. Budaya ini menimbulkan rasa cemburu dan ketidaksukaan di antara para murid. Kinanti yang berusia 15 tahun melihat betapa teman-temannya yang bukan merupakan bagian dari suatu geng sering kali merasa tersisih dan bersikap murung. “Manusia adalah makhluk sosial. Kita perlu orang lain untuk curhat dan mencari bantuan,” katanya. “Tidak mungkin kita menciptakan masa depan yang lebih baik sendirian.”
Bersama empat orang temannya, Kinanti dipilih sekolah untuk mengikuti program Digital Innovation Challenge 2022: Generasi Terampil, hasil kemitraan UNICEF dengan Kementerian Pendidikan, Budaya, Riset, dan Teknologi dan masyarakat sipil. Mereka pun memutuskan untuk mengubah situasi di sekolah dan menggunakannya sebagai tema proyek.
Digital Innovation Challenge memberikan peluang kepada Kinanti dan remaja kurang beruntung lainnya untuk membangun keterampilan abad ke-21, digital, dan kewirausahaan melalui pendampingan dan penciptaan solusi inovatif bersama. Social Warriors, nama tim Kinanti, menggagas permainan bernama Friendship Game yang memungkinkan para pemainnya lebih saling mengenal. Diinspirasi oleh permainan ular tangga, para pemain Friendship Game yang berjumlah dua hingga empat orang akan menggerakkan bidak-bidak di atas papan. Setiap kali mengocok dadu, pemain harus mengajukan pertanyaan kepada lawannya, mulai dari pertanyaan mendasar seperti tentang makanan dan film kesukaan, hingga pertanyaan mendalam seperti, “Bagaimana perasaanmu saat ini?” atau “Apa yang membuatmu terganggu?”

“Mudah-mudahan, dengan permainan ini, kita bisa mengenal orang lain dan diri sendiri dengan lebih baik,” tutur Kinanti. “Orang-orang dengan latar belakang dan gender berbeda bisa bertemu dan berkolaborasi.” Proses pelatihan untuk mengasah keterampilan dan gagasan merupakan pengalaman yang membuka mata Kinanti, seorang remaja yang bercita-cita menjadi arsitek. “Selain belajar desain, kami juga belajar berpikir kritis, membuat peta pikiran, dan kemampuan lain terkait pembuatan produk,” jelasnya. “Saya sebelumnya tidak tahu apa-apa tentang dunia kerja, tetapi sekarang lebih punya bayangan dan saya mulai membuat rencana masa depan.” Kinanti, yang orangtuanya mengelola warung di rumah, menambahkan ia bersyukur mendapatkan kesempatan untuk mengikuti program ini, yang tidak pernah terbayang dapat diakses olehnya karena latar belakang keluarga yang sederhana.

Program Digital Innovation Challenge 2022: Generasi Terampil, melalui dukungan pendanaan dari Komite Nasional UK untuk UNICEF dan mitra-mitra lain, terus menjangkau 4,958 remaja kurang beruntung di wilayah Provinsi DKI Jakarta, tepat ketika anak-anak tengah bekerja keras untuk memulihkan kehilangan pembelajaran akibat pandemi COVID-19. Melalui inisiatif ini, anak-anak membangun keterampilan abad ke-21 dan kewirausahaan, yang merupakan investasi penting bagi masa depan mereka.
--
>> Baca lebih lanjut: Innovation Challenge