Duta Cilik Dengan Cita-Cita Besar
Para siswa menjawab kerentanan COVID-19 dan membantu sekolah melalui program Kembali Belajar dengan Aman

- Tersedia dalam:
- English
- Bahasa Indonesia
Pagi itu di awal Maret 2022, Sekolah Dasar (SD) Maradekaya II di Kota Makassar nampak tidak seperti hari-hari biasanya. Pintu gerbang terbuka dengan lebar, para guru dan siswa-siswi mulai berhamburan masuk ke dalam kawasan sekolah, sementara tidak jauh dari sana beberapa orang tua nampak bercengkrama dengan penjual asongan. Meskipun wajah mereka tertutup masker, namun rona kebahagiaan tetap terpancar, sejalan dengan kembali dihelatnya kegiatan pembelajaran tatap muka.
Abraham Pratama, 9, merupakan salah satu di antara sekian banyak siswa yang semangat masuk ke kelas. Dia sengaja bangun pagi buta agar menjadi salah satu siswa yang sampai ke sekolah paling awal.
Meskipun Abraham bahagia bisa kembali ke sekolah, namun perundungan verbal dan fisik yang sempat dia dapatkan dari kakak kelasnya tetap terkenang kuat di benaknya.

“Mengalami perundungan secara fisik memang berat. Namun perundungan secara mental, justru lebih berat karena sakitnya terasa lebih lama,”
Di tengah perjuangannya itu, dia juga mengalami kesulitan untuk menceritakan kepada orang tua dan para guru. Hal yang dapat dia lakukan hanya menyimpan rapat-rapat untuk dirinya sendiri.
“Saya tidak tau bahwa Abraham mengalami perundungan di sekolah, dan mungkin saja saya tidak akan pernah tau jika temannya tidak memberitahu kami,” ungkap Ibu Gursti Permata Sari, ibunda dari Abraham.
Ketika pembelajaran dari sekolah dialihkan ke belajar dari rumah, Abraham berpikir bahwa itu akan menjadi akhir cerita dari perundungan yang dia alami. Kenyataannya justru tetap berlanjut dengan hadirnya komentar serta hardik menyakitkan yang dia dapat baik di media sosial maupun gim daring.
Dia juga menyadari bahwa belajar dari rumah justru membuatnya mudah tertekan sejalan dengan ragam persoalan yang dibawanya. “Belajar dari rumah terasa lebih sulit untuk dimengerti,” kenangnya. “Ada kalanya saya emosi karena tidak tau kepada siapa saya harus bertanya.”
Abraham tidaklah sendirian, sebab ada banyak anak seumuran dengannya mengalami masalah yang sama selama pandemi. Menurut studi UNICEF 2022, 20-30 persen anak-anak di sekolah yang mendapatkan intervensi program di Makassar dan Bone Provinsi Sulawesi Selatan mengalami masalah kesehatan mental, peningkatan masalah emosional, serta kesulitan bersosialisasi selama pandemi.
Dengan penutupan sekolah yang berkepanjangan dan dampaknya terhadap kesehatan mental anak, ditambah dengan tantangan sekolah dalam menyambut pembelajaran tatap muka, UNICEF meluncurkan program Kembali Belajar dengan Aman yang didukung oleh pemerintah Jepang dan para mitra di Provinsi Sulawesi Selatan dan Papua. Tujuan dari program ini adalah untuk memastikan para siswa dapat kembali ke sekolah dengan aman sekaligus menjawab kerentanan COVID-19 terkait pembelajaran, kesehatan, dan psikososial.
Dalam program itu, sekolah memilih beberapa siswa sebagai Duta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Duta Kebaikan yang bertugas untuk mempromosikan kebaikan, menanggulangi perundungan, dan membantu menciptakan lingkungan belajar yang aman.
Ketika para guru menunjuknya menjadi Duta PHBS dan Kebaikan atas prestasi akademis dan budi pekertinya, Abraham senang. Dengan peranan itu, dia mendapatkan materi tentang Dukungan Kesehatan Mental dan Psikososial (DKMP) yang membantunya mengatasi stres dan cemas berlebihan, serta pelatihan tentang menjaga gaya hidup bersih dan sehat di sekolah. Melalui dukungan ini, dia belajar bagaimana menghadapi perundungan bahkan berkolaborasi dengan Duta Kebaikan lainnya meluncurkan kampanye melawan perundungan di sekolah dan media sosial.
“Sekarang saya merasa lebih nyaman berangkat ke sekolah karena menjadi tempat yang nyaman untuk belajar,” ujar Abraham sembari mengamini peran serta Duta Kebaikan lainnya. Dia juga semakin terbuka untuk berbagi cerita kepada keluarganya, khususnya kepada Ibundanya.
“Saya Bahagia karena Abraham sekarang semakin leluasa untuk mengungkapkan pemikiran dan perasaannya kepada kami,” ungkap Ibu Gusti. Dia berharap sedikit demi sedikit, keluarganya dapat menyelesaikan masalah lebih cepat di masa yang akan datang.

Disamping pelatihan yang interaktif baik untuk para guru maupun siswa-siswi, tidak sedikit pula tempat cuci tangan yang dipasang di sekitar sekolah untuk menanggulangi penularan COVID-19.
“Dulu saya sering khawatir saat ke sekolah karena virus,” ungkap Abraham. “Namun Ketika saya dipilih menjadi Duta PHBS, saya belajar tentang pentingnya mengenakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun, menghindari kerumunan, bahkan mengajak teman-teman di sekolah untuk melakukan hal yang sama. Saya merasa aman dan nyaman karena sudah ada banyak tempat cuci tangan di sini.”
Bapak Sudin, kepala sekolah SDN Maradekaya II mengakui program Kembali Belajar dengan Aman telah membantu para siswa-siswi dan guru guna meringankan proses transisi ke pembelajaran tatap muka.
“Duta Kebaikan dan Duta PHBS telah membantu meringankan beban kami,” ucapnya. “Bukan saja bisa menginspirasi para siswa-siswi kami, namun juga para guru, termasuk saya, yang tidak tahu bagaimana cara mencuci tangan dengan benar.”
Terlepas dari perjuangan masa lalunya sebelum dan semasa pandemi, Abraham tidak pernah merasa selega dan penuh harap ini untuk kembali ke sekolah.
“Keluarga saya bangga karena saya menjadi Duta Cilik, saya berharap kelak bisa menjadi Duta Besar Indonesia jadi mereka bisa semakin bangga,”
UNICEF Indonesia menyampaikan rasa terimakasih tak terhingga kepada Pemerintah Jepang atas dukungannya menanggulangi COVID-19 di Indonesia.