Tidak Ada Kata Terlambat
Harapan baru orang tua untuk imunisasi anak mereka melalui kampanye nasional imunisasi kejar di Indonesia

- Tersedia dalam:
- English
- Bahasa Indonesia
Meninggalkan komunitas erat dimana ia dibesarkan, ibu muda Desti Tritania memimpikan kehidupan yang lebih baik bagi keluarganya, seiring perpindahan mereka di Kepulauan Riau untuk pekerjaan sang suami. Namun, setelah dua tahun, harapan itu mulai meredup saat dia melihat putrinya, Naura, justru tumbuh kurus dan jatuh sakit. Sejak berusia dua bulan, gadis kecil periang itu hampir tidak memiliki akses ke posyandu gratis, membuatnya terpaksa melewatkan sebagian besar imunisasi dasarnya.
“Saya ingin memberinya imunisasi, tetapi saya tidak tahu harus ke mana. Sulit hidup di daerah asing,” keluh Desti yang kini berusia 23 tahun.
Khawatir atas kesehatan Naura, ditambah dengan kehamilan kedua Desti, akhirnya membuat keluarga tersebut menetap kembali di rumah ibu Desti pada awal 2022, yang membuatnya cukup lega. Sekarang, Desti tidak hanya memiliki sang ibu untuk membantu menjaga kedua anaknya yang masih kecil, tetapi juga para bidan desa dan kader posyandu.

Pada awal Mei, seorang bidan desa di Puskesmas Melayu Kota Piring yang terletak dekat dari rumah Desti, meneleponnya untuk mengabari tentang sesi imunisasi kejar yang akan diadakan di posyandu desanya. Beberapa minggu kemudian, seorang kader membantu Desti membawa Naura ke pos kesehatan untuk menerima vaksin polio oral yang sebelumnya ia lewatkan, ditambah dengan vaksin campak-rubella (MR).
“Untuk anak kedua saya, saya berharap sebagai seorang ibu saya tidak akan melakukan kesalahan yang sama seperti yang saya lakukan dengan Naura sebelumnya,” kata Desti, penuh dengan harapan baru.

Melindungi anak-anak dari penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin
Tanggal 18 Mei menandai imunisasi kejar pertama untuk Naura, dan juga untuk banyak anak lainnya di Indonesia dengan peluncuran Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) di 27 provinsi. Fase pertama kampanye, yang berlangsung dari Mei hingga Juli 2022, bertujuan untuk memastikan jutaan anak-anak mendapatkan imunisasi rutin dan vaksinasi MR. Kampanye tahap kedua direncanakan pada bulan Agustus di seluruh Jawa dan Bali.
Meski Indonesia telah berusaha keras untuk mempertahankan status bebas polio dan menghilangkan penyakit anak lainnya melalui vaksinasi, pandemi COVID-19 telah membuka beberapa celah. Dalam peluncuran BIAN, Kementerian Kesehatan mengungkapkan bahwa di tengah pandemi, sekitar 1.7 juta anak seperti Naura terpaksa melewatkan imunisasi dasar lengkap mereka.
Naura juga tergolong anak dengan nol dosis, yakni anak-anak yang belum mendapatkan imunisasi difteri, tetanus dan pertusis. Angkanya meningkat hampir dua kali lipat di Indonesia, dari 471.000 pada tahun 2019 menjadi 798.000 pada tahun 2020. Kepulauan Riau, tempat peluncuran BIAN berlangsung, mampu mempertahankan cakupan imunisasi rutin di atas 80 persen dalam dua tahun terakhir, meski angka tersebut menunjukkan penurunan dari 96.8 persen pada 2019 karena pandemi. Pandemi memaksa penutupan posyandu, yang memberikan layanan imunisasi secara gratis, di berbagai wilayah di Indonesia.
Asesmen yang dilakukan Kementerian Kesehatan dengan UNICEF pada tahun 2020 menemukan bahwa di antara hampir 84 persen fasilitas kesehatan yang melaporkan, layanan imunisasi terganggu secara signifikan karena wabah COVID-19 dan pembatasan mobilitas. Gangguan ini telah membuat anak-anak rentan terhadap risiko penyakit yang mengancam jiwa mereka seperti polio, difteri, tetanus dan hepatitis B, yang dapat dicegah dengan vaksin.
UNICEF telah mengadvokasi untuk kembali dibukanya layanan imunisasi rutin dengan aman dan mendukung Kementerian Kesehatan dalam meluncurkan kampanye BIAN. Temuan dari asesmen cepat triwulanan Kementerian Kesehatan dan UNICEF tentang dampak pandemi terhadap layanan imunisasi rutin pada tahun 2021 telah menghadirkan pembelajaran untuk perbaikan program yang berkelanjutan. Asesmen tersebut mengungkapkan, di antaranya, kekhawatiran staf kesehatan mengenai stok vaksin, kesulitan dalam menerapkan imunisasi berbasis sekolah dan persepsi mereka mengenai keengganan orang tua dan pengasuh untuk memvaksinasi anak mereka.

Kampanye BIAN menawarkan kesempatan kedua bagi orang tua dan pengasuh seperti Desti untuk melindungi anak-anak mereka dari penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinyang berpotensi mengakibatkan kecacatan, atau bahkan kematian, dan mencegah pandemi lainnya. Seperti yang diutarakan oleh petugas kesehatan di desanya: “Tidak ada kata terlambat.”
“Saya berharap orang tua yang ada di posisi saya tidak tenggelam dalam penyesalan mereka dan tahu bahwa mereka selalu dapat bertanya kepada orang yang lebih berpengetahuan. Petugas kesehatan desa dan kader akan selalu ada untuk membantu,” kata Desti.
UNICEF Indonesia berterima kasih atas dukungan langsung yang diterima dari mitra utama, termasuk Gavi, Aliansi Vaksin, Pemerintah Australia, Jepang, Selandia Baru dan Amerika Serikat serta KOICA (Badan Kerjasama Internasional Korea).