Menghadirkan Vaksin Penyelamat Nyawa di Wilayah Terpencil
Perjalanan petugas imunisasi untuk melindungi anak-anak dan warga desa di Pulau Aru
- Tersedia dalam:
- English
- Bahasa Indonesia
Di bawah paparan matahari yang terik Jumat itu, lautan yang mengelilingi Kepulauan Aru di ujung timur Kepulauan Maluku, Indonesia berkecipak seiring dengan perahu yang mulai bergerak mencecah ombak. Di antara para penumpang itu ada Yulianus Yanto Tiven, koordinator vaksin yang tengah mengapit kotak rantai dingin berisi vaksin COVID-19.
Hari itu waktu terasa panjang bagi Yanto, yang harus meninggalkan rumahnya di Benjina sejak jam 5 pagi agar bisa menumpangi kapal menuju Ibukota Kabupaten, Dobo, tempat ia menjemput vaksin sebelum kembali pulang ke desanya. Butuh waktu tujuh jam untuk menempuh perjalanan itu.
Bagi pria yang lahir, tumbuh besar dan bekerja di pulau itu selama lebih dari dua dekade, perjalanan hari itu cukup menguntungkan. Sebab, tak jarang ayah dua anak itu harus dihadapkan dengan ombak yang bisa mencapai ketinggian dua meter yang diselimuti awan kelam dan hujan lebat selama berminggu-minggu.
"Suatu ketika ombak sangat besar, dan air merembes ke dalam perahu. Hampir saja kami tenggelam, namun pengemudi perahu membawa kami ke daratan terdekat dan kami berhasil mengeluarkan rembesan air itu," kenang Yanto.
Kabupaten Kepulauan Aru terdiri atas ratusan pulau dengan dataran rendah, dimana sebagian besar perjalanan hanya dapat dilakukan dengan jalan kaki atau dengan menaiki perahu. Yanto dan rekannya di Puskesmas Benjina berkeliling mengitari pulau-pulau terdekat selama berjam-jam untuk melakukan vaksinasi COVID-19 bagi masyarakat umum, maupun vaksinasi anak-anak untuk penyakit lainnya yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).
Selain masalah alat transportasi, minimnya infrastruktur juga memperumit vaksinasi. Di Benjina, listrik hanya tersedia pada jam 6 sore hingga jam 6 pagi, sehingga mengharuskan Puskesmas menggunakan panel surya untuk memastikan sistem rantai dingin vaksin tetap berjalan secara terus menerus. Saat cuaca buruk melanda, keterbatasan sinar matahari biasanya tak cukup untuk menghasilkan tenaga yang dibutuhkan, sehingga Yanto dan rekannya harus membawa es batu dari rumahnya setiap pagi dan sore untuk menempatkannya di kulkas puskesmas. Meski pekerjaan itu terasa melelahkan, namun rasa sayang terhadap anak-anak menjadi penyemangatnya dalam bekerja..
"Jujur saya sangat lelah. Namun kami harus menjaga peralatan vaksin ini layaknya anak sendiri," ujar Yanto.
Bergandeng tangan untuk memastikan kehidupan panjang bagi semua

Dengan belum tercapainya target capaian imunisasi rutin di Maluku seperti yang diharapkan oleh pemerintah pusat, gangguan sekecil apapun dapat berdampak serius bagi masyarakat di Maluku. Beberapa kawasan di Indonesia, termasuk Maluku, melaporkan munculnya PD3I, yang dapat menyebabkan kecacatan atau bahkan kematian.
Di Maluku dan berbagai provinsi lainnya, UNICEF berupaya memberikan dukungan dan pelatihan terkait pengelolaan vaksin yang efektif bagi para tenaga kesehatan dan staf dari Dinas Kesehatan, baik di tingkat kabupaten/kota maupun provinsi. UNICEF juga memberikan dukungan teknis untuk membantu para pekerja seperti Yanto dalam membuat perencanaan mikro dalam rangka pelaksanaan imunisasi di kawasan terpencil.
Untuk meningkatkan serapan vaksin, pelayanan imunisasi dari pintu ke pintu pun telah dilaksanakan, dan pos-pos vaksinasi telah didirikan di tempat-tempat umum seperti masjid, gereja, dan sekolah. Di sisi ketersediaan vaksin, Dinas Kesehatan Maluku telah bekerja sama dengan pihak lain, termasuk Dinas Perhubungan dan Angkatan Laut, untuk memastikan kelancaran layanan imunisasi dengan membentuk sistem gugus pulau untuk mempermudah koordinasi.
Di tengah pandemi, Maluku tetap berjuang mempertahankan angka cakupan imunisasi lengkap. Pada saat yang sama, upaya vaksin COVID-19 telah berhasil diluncurkan, dengan 74 persen dari 1.4 juta populasi target Maluku telah menerima dosis pertama pada awal Mei 2022.
Dengan sebagian besar penduduk Pulau Aru yang merupakan pekerja informal dan tidak dapat bekerja dari rumah, vaksinasi COVID-19 mampu memberikan perlindungan optimal. Antonius Narwadan, 62, rela menyisihkan uangnya untuk naik perahu yang membawanya ke pos vaksinasi agar bisa menerima suntikan booster vaksin COVID-19.
“Saya tidak ingin tertular COVID-19 dan meninggalkan istri dan anak-anak saya,” katanya. “Saya masih harus membayar pendidikan anak-anak saya.”

Program vaksinasi COVID-19 telah mempercepat koordinasi lintas sektoral di seluruh negeri, yang diharapkan juga dapat meningkatkan pelayanan imunisasi di masa depan. Pemerintah dan masyarakat juga memiliki kesadaran lebih baik dibandingkan sebelumnya terkait pentingnya imunisasi, sementara infrastruktur rantai dingin telah diperbaiki di berbagai daerah.
Bagi Irma Lum, ibu dua anak, kehadiran imunisasi rutin membawa harapan bagi anak-anaknya agar bisa tumbuh dengan selamat dan sehat.
“Saya telah melihat secara langsung bagaimana anak-anak saya yang diimunisasi jarang jatuh sakit, dan bahkan jika mereka sakit, mereka akan cepat sembuh. Oleh karena itu, saya percaya vaksin,” ujarnya usai membawa anak terakhirnya untuk mendapatkan vaksin polio di Posyandu Gardakau, 30 menit perjalanan dengan naik perahu dari Benjina.

Di tengah tantangan yang dihadapi Yanto setiap hari dalam perjalanannya untuk memberikan pelayanan vaksinasi, sambutan hangat dari penduduk desa membantu meringankan sebagian beban dari pundaknya.
“Saya ingin terus membawa vaksin dan imunisasi kepada generasi mendatang, agar mereka tetap terlindungi dan sehat sampai saatnya mereka juga bisa mengabdi untuk negara,” kata Yanto.

Implementasi vaksin COVID-19 didukung oleh mitra, seperti Kedutaan Besar Australia, Kedutaan Besar Inggris, Kedutaan Besar Kanada, Uni Eropa, Indonesia, Kedutaan Besar Jepang, Kedutaan Selandia Baru dan USAID Indonesia melalui COVAX. UNICEF Indonesia berterima kasih atas dukungan langsung yang diterima dari mitra utama, termasuk Gavi, Aliansi Vaksin, Pemerintah Australia, Jepang, Selandia Baru dan Amerika Serikat serta KOICA (Badan Kerjasama Internasional Korea).