Membangun Kesehatan Mental Bayi
Kiat-kiat psikolog untuk membantu anak merasa aman dan terlindung.

- Tersedia dalam:
- English
- Bahasa Indonesia
Mengasuh bayi yang baru lahir adalah tugas yang berat dan orang tua akan merasakan berbagai macam emosi. Bahagia bercampur dengan frustrasi, keletihan, dan kecemasan. Emosi yang bercampur-aduk ini sama sekali tak perlu ditakuti.
Lalu, kapan sebaiknya orang tua mulai memikirkan tentang kesehatan mental bayinya? Dan bagaimana orang tua dapat membangun kesehatan mental di dalam keluarga? Simak jawaban pertanyaan-pertanyaan ini dan beberapa pertanyaan lain dari Dr. Lisa Damour, psikolog dan pakar perkembangan anak.
Sebentar lagi saya akan menjadi orang tua. Emosi dan stres seperti apa yang perlu diantisipasi?
Menjadi orang tua baru adalah transisi kehidupan yang besar. Kelahiran seorang anak akan mengubah keseharian kita. Setiap aspek kehidupan akan berbeda. Salah satu hal yang diketahui tentang stres adalah, stres terjadi setiap kali kita harus menyesuaikan diri dengan kondisi baru. Kehadiran seorang bayi adalah contoh kondisi baru. Dengan demikian, stres akan muncul. Tapi, stres tidak berarti ada sesuatu yang salah. Artinya, orang tua sedang membiasakan diri dengan perannya yang baru. Peran ini pun akan makin mudah dijalani seiring dengan waktu.
Pada usia berapa saya perlu mulai mempertimbangkan kesehatan mental anak?
Kesehatan mental anak perlu diperhatikan begitu ia lahir. Sejak hari pertamanya di dunia, anak membutuhkan orang tua untuk mendapatkan cinta, bimbingan, dan rasa aman. Saat orang tua memberikan interaksi yang hangat dan lembut, membantu anak merasa terlindung, menghibur saat anak sedih dan membantu mereka menghadapi dunia, maka saat itu pula orang tua sedang membangun landasan kesehatan mental anak untuk kehidupannya kelak.
Bagaimana stres berdampak terhadap perkembangan emosional anak?
Respons stres pada bayi aktif ketika bayi merasa takut atau khawatir dilupakan, atau ada kebutuhannya yang tidak terpenuhi. Tugas orang tua adalah membantu bayi untuk menenangkan respons tersebut. Setelah tenang, maka situasi akan kembali seperti semula dan bayi akan belajar bahwa dunia adalah tempat yang aman dan dapat diandalkan. Pengalaman belajar ini tidak dialami semua bayi. Ada bayi yang berada pada situasi stres dan tidak mendapatkan dukungan emosional yang diperlukannya agar tenang kembali. Situasi ketika anak mengalami stres, tetapi tidak memiliki orang dewasa yang menyayangi dan dapat membantu menghibur mereka dapat menjadi sumber kesulitan emosional kelak.
Bagaimana saya dapat belajar menunjukkan kasih sayang dan cinta kepada anak jika saya sendiri tidak mengalaminya saat kecil?
Menjadi orang tua adalah hal yang sulit. Semua orang pun belajar menjadi orang tua. Dan kita bisa menjadi orang tua yang baik asalkan kita punya tekad yang kuat. Ada begitu banyak hal yang harus diperhatikan saat menjadi orang tua baru. Berikut adalah beberapa hal yang dapat menciptakan perbedaan besar dan akan membantu seseorang menjadi sosok orang tua yang mungkin tidak dimilikinya saat ia sendiri kecil: Berikan perhatian kepada bayi, perhatikan kebutuhan mereka, penuhi kebutuhannya, dan pastikan orang tua senantiasa hadir dengan kasih sayang. Inilah yang dibutuhkan seorang bayi untuk dapat menapaki kehidupan yang luar biasa nantinya.
Bagaimana caranya membangun kesehatan mental yang baik di keluarga?
Berbagai penelitian menunjukkan, anak membutuhkan hal-hal berikut: rumah untuk berteduh, anggota keluarga yang menyayangi mereka, dan kehidupan rumah yang terpola. Mereka perlu situasi yang dapat mereka perkirakan. Mereka juga perlu berada di lingkungan yang memiliki struktur dan dapat diandalkan. Untuk menghadirkan kehangatan, sayangilah sang bayi, sayangilah anak-anak, bermainlah dengan mereka, mengobrol, timang dan peluk mereka. Hal-hal ini terasa menyenangkan bagi anak dan bagi orang tuanya, bahkan dapat mencetuskan hormon-hormon di dalam tubuh yang akan membantu mengeratkan ikatan orang tua dengan anak.
Bolehkah saya menunjukkan emosi seperti marah atau sedih di hadapan anak?
Orang tua adalah guru pertama anak. Anak akan belajar tentang perasaan dari orang tuanya. Jadi, apabila orang tua merasakan emosi tertentu, khususnya yang tidak menyenangkan, pikirkan cara mengungkapkannya dengan tepat. Ungkapkan dengan jujur, tetapi tidak sampai membebani anak atau membuatnya takut. Setelah itu, orang tua perlu memperlihatkan caranya mengelola perasaan yang menyakitkan atau sulit tadi. Misalnya, dengan cara-cara positif seperti menghirup udara segar, berjalan kaki, atau meminta bantuan dari orang lain. Penting untuk diingat, kesehatan mental tidak sama dengan terus-menerus merasa tenang dan santai serta gembira, baik pada diri orang tua ataupun anak. Seseorang dengan mental yang sehat berarti orang yang memiliki emosi yang tepat pada waktu yang sesuai dan tahu cara mengelola perasaan itu dengan benar.
Saya merasa kewalahan. Apa yang harus saya lakukan?
Ada sejumlah teknik untuk mengatasi stres. Jika sudah merasa kewalahan, orang tua perlu meluangkan waktu khusus untuk mengatasi perasaannya. Ada pula banyak cara positif untuk mengelola dan merendahkan tingkat stres hingga ke kadar yang dapat kita kendalikan. Pertama, pastikan orang tua punya dukungan sosial yang baik. Semua orang perlu tempat bercerita, perlu seseorang atau sekelompok orang untuk membuatnya merasa punya komunitas dan diterima. Hal lain yang dapat dilakukan saat merasa sangat stres adalah mencari cara positif untuk mengalihkan perhatian. Terkadang, kita hanya perlu mengistirahatkan pikiran. Caranya bisa dengan membaca buku atau menemui sahabat atau keluarga. Yang penting, pikiran kita dapat menjauh sesaat dari sumber stres. Cara ini dapat membantu kita menata pikiran dan memulihkan perasaan. Terakhir, cara penting lain untuk merawat diri saat stres adalah merawat kesehatan fisik—pastikan jam tidur kita cukup, makan makanan sehat, dan berolah raga sesuai kebutuhan. Dengan demikian, kita akan dapat merawat diri, sehingga mampu pula merawat sang buah hati.
>>> Kunjungi halaman Kesehatan Mental dan Kesejahteraan Diri
Dr. Lisa Damour adalah seorang psikolog, penulis, kontributor New York Times, dan ibu dari dua orang anak.