Para Penyintas Menyambut Masa Depan Bebas Kekerasan
Shelter warga mewujudkan lingkungan yang lebih aman bagi anak-anak, perempuan dan kaum rentan.

- Tersedia dalam:
- English
- Bahasa Indonesia
Menapaki beranda Shelter Warga Pattingalloang di pinggiran Kota Makassar, Kasma, 42, disambut dengan suara riang anak-anak yang tengah bermainan permainan tradisional – sebuah simfoni penyemangat hidup untuk mengawali pagi harinya.
Kasma berjualan donat untuk bertahan hidup. Setiap hari, dia berjalan menyusuri gang demi gang kecil di Pattingalloang dari pagi hingga petang, untuk sekedar mendapatkan 75,000 – 100,000-rupiah dari donat yang terjual. Hasil uang itu, ia pergunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, dan menyimpan sebagian saat ada yang tersisa. Sejak suaminya meninggal di awal 2023, Kasma menjadi satu-satunya tulang punggung keluarganya.
Suami Kasma kerapkali melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Pasangan itu tinggal di rumah tiga kamar bersama ketiga anak-anak, dan 20 anggota keluarga lainnya yang hanya berdinding triplek. Saat ia dianiaya, seluruh penghuni rumah itu tau, termasuk anak-anak mereka.
“Ada kalanya dia memukul saya tanpa alasan yang jelas. Saya hanya bisa pasrah,” kenang Kasma sembari menunjukkan bekas luka di pelipis keningnya. “Namun saat dia memukul saya di depan anak-anak, sakit itu tak tertahankan.”
Kasma merasa lega saat tau bahwa Shelter Warga Pattingalloang, yang memberikan perlindungan dan dukungan bagi warga – khususnya perempuan dan anak-anak – yang terlibat perselisihan atau menjadi sasaran aneka bentuk kekerasan lainnya.
Kantor Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak membentuk shelter itu melalui dukungan dari Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga), Forum anak dan pemerintah tingkat desa.
“Awalnya saya takut dan malu untuk melapor,” aku Kasma. “Namun saya memutuskan untuk meminta pertolongan ke shelter warga karena saya tidak mau kelak jika anak perempuan saya diam saat mengalami hal serupa, dan saya tidak mau anak lelaki saya memperlakukan istri dan anak-anaknya hal yang sama suatu saat nanti.”
Usai menerima laporan, pihak shelter menyarankan Kasma untuk mengumpulkan bukti-bukti, adapun shelter berkoordinasi dengan pihak terkait. Berkat gerak cepat pihak selter serta dukungan semua pihak, suaminya berhasil masuk bui.
Pattingalloang merupakan salah satu dari 20 desa dan kelurahan di Sulawesi Selatan yang memiliki shelter serupa. Pada 2023, petugas di seluruh shelter – umumnya warga sekitar – dilatih oleh UNICEF untuk turut serta membantu upaya pencegahan pelecehan dan eksploitasi seksual anak di ranah daring, perkawinan anak dan kekerasan berbasis gender. Petugas yang telah dilatih, diberi tugas untuk berbagi pengetahuan yang telah mereka dapatkan kepada sedikitnya 300 warga di desa dan keluarahan, melalui sesi berbagi bersama orang tua/pengasuh, guru, anak-anak dan lainnya.

Chadijah, 52, adalah perempuan lain yang juga meminta dukungan dari Shelter Maccini Sombala di Kota Makassar. Di tengah kekerasan fisik dan verbal yang dilakukan oleh suaminya, dia kukuh memegang Siri’, sebuah falsafah hidup tentang menyimpan rasa malu untuk diri sendiri, layaknya suku Bugis lainnya di Sulawesi Selatan.
“Saya tidak berani melaporkannya. Mungkin karena Siri’, atau mungkin karena saya terlalu mencintainya. Namun saat dia memukul saya atas kesalahan dia sendiri, kesabaran saya habis,” kenang Chadijah, yang berjualan tahu isi di depan rumahnya itu.
Sejak 2016, shelter warga di Pattingalloang dan Maccini Sombala telah memberikan dukungan bagi perempuan seperti Kasma dan Chadijah. Keduanya percaya bahwa peran serta shelter dan adanya tempat melapor yang mudah dijangkau telah memberikan perubahan besar bagi para korban kekerasan.
Sejalan dengan keputusan Kasma menjalani hidup baru bersama ketiga anaknya, dia bercita-cita untuk menunaikan ibadah haji ke Mekah suatu saat nanti, melalui tabungannya serta kehidupan baru yang terbebas dari kekerasan.
“Seiring dengan kondisi keluarga saya dan lingkungan kami menjadi lebih aman karena adanya shelter warga, saya berharap dapat menunaikan biadah haji dengan tenang, InsyaAllah,” pungkas Kasma sembari tersenyum penuh harap.

UNICEF Indonesia berterima kasih atas dukungan yang diberikan oleh Pemerintah Amerika Serikat melalui USAID Indonesia.