Bagaimana mendiskusikan vaksin COVID-19 dengan teman dan keluarga
Kiat menghadapi percakapan dengan orang-orang terdekat yang ragu terhadap vaksin.

- Tersedia dalam:
- English
- Bahasa Indonesia
Vaksin menyelamatkan 2 hingga 3 juta nyawa setiap tahun dan merupakan salah satu kemajuan terbesar di dunia kedokteran modern.
Pengembangan vaksin COVID-19 yang aman dan efektif adalah langkah penting dalam upaya bersama secara global untuk mengakhiri pandemi.
Kehadiran vaksin merupakan kabar baik yang dinanti-nantikan, namun masih ada sebagian orang masih skeptis atau ragu terhadap vaksin COVID-19. Anda mungkin mengenal salah satu di antara mereka; bisa jadi, mereka adalah teman atau anggota keluarga Anda.
Jika Anda merasa tak yakin mengenai cara berdiskusi dengan mereka yang ragu terhadap vaksin, Anda tidak sendiri. Kami telah mewawancarai Dr. Saad Omer, Direktur Yale Institute for Global Health, tentang apa saja yang perlu dilakukan dan dihindari saat Anda berhadapan dengan diskusi semacam ini.
Berempati dengan nilai-nilai yang mereka yakini
Di tengah rasa frustrasi sekalipun, sangat penting bahwa kita tidak berhenti berusaha untuk menunjukkan empati. “Pastikan bahwa mereka merasa didengar,” saran Dr. Omer. Cobalah tanggapi permasalahan mendasar yang mereka rasakan. Contohnya, jika ada yang mengeluhkan sulitnya melakukan berbagai kegiatan akibat COVID-19, sampaikan bahwa tempat-tempat yang ingin mereka datangi akan mulai dapat diakses kembali setelah semua orang menerima vaksin. Dr. Omer juga menyarankan agar kita berdiskusi tentang COVID-19 serta dampak negatifnya yang meluas. Jangan berfokus hanya pada vaksin karena, “vaksin hanya salah satu aspek dan [fokus hanya pada vaksin] justru menurunkan peluang keberhasilan kita [dalam meyakinkan mereka].” Saat diskusi berpusat pada COVID-19, maka kita dapat membicarakan tentang pengorbanan yang harus dilakukan oleh semua orang, seperti menahan diri dari bertemu kerabat dan tidak melakukan kegiatan sehari-hari sebagaimana biasa.
Jangan memotong lawan bicara
Pastikan agar Anda tidak memotong, mendominasi percakapan, atau terlalu cepat mengoreksi mereka. Simak dan coba pahami sudut pandang mereka. “Anda tidak perlu setuju dengan informasi yang salah, namun Anda bisa berempati dan melanjutkan percakapan alih-alih mengakhiri atau menyudahi diskusi,” kata Dr. Omer.
Bantu mereka agar merasa berdaya
Saat ini, banyak orang merasa takut. Faktanya, pandemi telah mengubah kehidupan kita secara menyeluruh. Dr. Omer menyarankan agar kita selalu menyampaikan pesan yang positif: Kita bisa berbuat sesuatu untuk mengatasi pandemi. Ingatkan bahwa mereka bisa membantu mengubah situasi, baik untuk diri sendiri maupun keluarganya, dengan mendapatkan vaksin. “Mereka mampu berbuat sesuatu dalam situasi ini. Vaksin bermanfaat.”
Jangan fokus pada mitos
“Hati-hati saat menghadapi mitos dengan cara yang terlalu frontal,” Dr. Omer mengingatkan. Diskusi kita sebaiknya tidak berfokus pada mitos tertentu karena akan memancing keluarnya mitos-mitos lain. Berfokus pada mitos juga bisa berdampak negatif, yaitu membuat mitosnya lebih diingat dibandingkan fakta yang kita sampaikan. Akan tetapi, ada kalanya kita tidak bisa menghindar dan harus meluruskan misinformasi. Dalam situasi ini, Dr. Omer menyarankan strategi berikut: fakta, peringatan, kekeliruan, fakta. Contohnya adalah sebagai berikut:
- Mulai dengan pernyataan fakta. Vaksin COVID-19 aman dan efektif.
- Beri isyarat bahwa kalimat selanjutnya adalah misinformasi. Misalnya, “ada satu hal keliru tentang______.”
- Sebutkan kekeliruan (mitos) yang sedang ditanggapi.
- Tutup dengan fakta. Tunjukkan alasan mitos tersebut tidak benar.
Hal yang terpenting menurut Dr. Omer adalah kita “menggantikan misinformasi dengan informasi yang benar.”
Asumsikan mereka akan menerima vaksin
Katakan kepada teman atau anggota keluarga, “Yuk, kita vaksinasi!” Metode ini disebut juga dengan komunikasi presumtif. “Pendekatan komunikasi dengan membuat pernyataan atau presumsi [dugaan] telah terbukti berhasil di lingkungan klinik kesehatan dan bisa jadi juga efektif dalam komunikasi antarpribadi,” kata Dr. Omer. Dalam situasi ini, kita tidak mengambil alih otonomi seseorang terhadap dirinya, melainkan menetapkan suatu keadaan secara lisan.
Jangan berkecil hati
Upaya mengubah pikiran seseorang yang ragu terhadap vaksin adalah proses yang panjang. “Susah sekali,” kata Dr. Omer. Ingatlah bahwa secara umum, orang-orang yang menolak vaksin dengan keras tidak akan berubah hanya melalui satu kali diskusi. Kuncinya adalah dengan “Tetap menjalin hubungan baik dengan mereka.”
Wawancara dan artikel ditulis oleh Mandy Rich, Digital Content Writer, UNICEF
Untuk informasi lebih lanjut tentang COVID-19, kunjungi halaman berikut: COVID-19: Hal-hal yang perlu Anda ketahui dan pelajari cara melindungi diri dan keluarga