Ochi menemukan suara dan keberanian untuk memiliki mimpi besar

Program Supporting Girls to Thrive membantu pelajar membangun rasa percaya diri dan mewujudkan potensi mereka

Dhiana Anggraeni, Child Protection Officer
Ochi in her house
UNICEF/UN0506599/Ijazah
26 Agustus 2021

Ochi, 14 tahun, bercita-cita menjadi seorang hakim. Ia percaya, ia dapat menggunakan suaranya untuk mewujudkan keadilan bagi semua orang. 

Akan tetapi, di balik senyum lebar dan sikapnya yang penuh semangat, Ochi cenderung pendiam saat berada di tengah keluarga di rumah dan teman-temannya di sekolah. Seperti banyak pelajar lain di Provinsi Papua Barat, Ochi mengalami kendala bahasa dan kurang percaya diri mengajukan pertanyaan serta berpartisipasi di kelas. 

“Dulu, saya sangat pemalu. Sering gugup dan ceroboh,” Ochi berkisah. “Tapi, saya ingin berubah dan menjadi percaya diri untuk berpendapat di depan orang lain.” 

Ochi with her classmates at school.
UNICEF/UN0506606/Ijazah
Ochi bersama teman-teman sekelasnya.

Pada tahun 2019, UNICEF meluncurkan program Supporting Girls to Thrive di Papua Barat. Program ini bertujuan meningkatkan angka anak yang tetap bersekolah, capaian pembelajaran, dan perlindungan terhadap semua murid dari kekerasan. Program ini juga meliputi pendidikan keterampilan hidup untuk pelajar SMP. Tujuannya adalah agar remaja lelaki dan perempuan mampu mengambil keputusan dengan pertimbangan yang matang dan mengatasi risiko seperti kekerasan, perkawinan usia anak, dan infeksi HIV. 

Ochi adalah satu dari 4.378 pelajar SMP di Papua Barat yang menerima pendidikan keterampilan hidup. Setelah mengikuti kegiatan ini, teman-teman Ochi mulai melihat perubahan di dalam dirinya: Ochi lebih aktif dan banyak bersuara di sekolah. Ochi pun terkejut ketika, saat kelas berlangsung, guru dan teman-temannya mengajukan namanya sebagai peserta program Roots—program ekstrakurikuler yang mengajak murid untuk aktif mengatasi masalah perundungan di sekolah. Di sekolah Ochi, Roots diperkenalkan sebagai bagian dari program Supporting Girls to Thrive. 

Ochi memang tidak mengalami perundungan secara langsung. Meskipun begitu, ia tahu bahwa penganiayaan secara verbal dan fisik sering terjadi di sekolahnya. Banyak murid memilih menutup mata saat melihat atau mendengar peristiwa perundungan karena tak tahu cara merespons dan takut menjadi sasaran.  

Melalui kegiatan Roots, Ochi belajar menjadi agen perubahan untuk mengakhiri perundungan. Salah satu topik kegiatan yang paling ia sukai adalah empati. Menurut Ochi, topik itu membantu dirinya sendiri dalam memahami orang lain, yaitu dengan berbagi dan mengerti perasaan mereka. Ochi menggunakan hal-hal yang telah ia pelajari untuk melawan seorang pelaku perundungan; Ochi membujuk si pelaku agar mau menghentikan aksinya. Menurut Ochi, mereka pun akhirnya menjalin pertemanan. 

Ochi participates in a class at school.
UNICEF/UN0506602/Ijazah
Ochi berpartisipasi di kelas.

Selama sekolah ditutup akibat pandemi COVID-19, Ochi dan teman-temannya terus menyebarkan pesan-pesan kebaikan di media sosial sebagai bagian dari kampanye anti-perundungan yang mereka gagas. Ibu Rabida, salah satu guru Bimbingan dan Konseling di sekolah Ochi, memperhatikan bahwa Ochi kini telah menjadi sosok pemimpin di sekolah. 

“Ochi sekarang sudah lebih berani mengekspresikan diri dan mendorong teman-teman sekelasnya untuk menghentikan perundungan,” katanya. “Saya bangga sekali karena Ochi punya motivasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik serta menciptakan perubahan di sekolah.” 

Pada suatu petang, saat Ochi dan keluarganya pergi ke tepi pantai untuk menikmati suasana matahari terbenam, anggota keluarga yang lain turut berkomentar mengenai perubahan yang ditunjukkan Ochi selama satu tahun belakangan. Menurut Ana, sepupu dan teman sekelas Ochi, Ochi bersikap lebih suportif sejak mereka sering membahas berbagai isu atau masalah dengan lebih terbuka. 

Ochi and her family gather outside their house.
UNICEF/UN0507403/Ijazah
Ochi dan keluarganya berkumpul di luar rumah.

Angel, ibu Ochi, juga melihat perubahan nyata dari putrinya. “Ochi sekarang lebih percaya diri, dewasa, dan bertanggung jawab. Saya yakin, ia bisa meraih cita-citanya dan menjadi orang yang baik,” ujar Angel sambil bersama keluarganya menatap matahari yang perlahan turun dan menghilang di balik garis cakrawala. 

Setelah lulus SMP, Ochi berkata ia siap menghadapi tantangan baru di SMA. Dari teman-teman, ia mendengar bahwa perundungan di SMA kemungkinan lebih sering terjadi. Namun, Ochi tidak gentar. Ia juga ingin membawa perubahan di sekolah barunya. 

 

 

Ochi reads with her cousin Ana at home.
UNICEF/UN0506584/Ijazah
Ochi dan sepupunya, Ana, sedang membaca di rumah.

“Saya akan sampaikan, jika kita ingin ada perubahan, maka harus dimulai dengan diri sendiri. Jika kita sadar perundungan itu salah, kita pun bisa berteman dengan semua orang di sekolah,” terang Ochi. "Roots bisa membantu kami menghadapi masalah saat ini dan saat mendatang. Kita bisa berubah agar menjadi lebih baik dan lebih kuat.” 


Dengan dukungan dari 7: The David Beckham UNICEF Fund, UNICEF Indonesia meluncurkan program “Supporting Girls to Thrive” pada bulan November 2019 dengan tujuan meningkatkan angka anak yang tetap bersekolah, capaian pembelajaran, dan melindungi anak dari kekerasan di sekolah. Salah satu sasaran program adalah meningkatkan peluang bagi remaja, khususnya remaja perempuan, untuk aktif belajar, berdiskusi, dan mengungkapkan pandangan mereka tentang berbagai isu penting yang berdampak terhadap kehidupan mereka. Melalui intervensi berbasis sekolah dan platform daring, anak berkesempatan berbagi informasi dengan anak-anak muda lain dari seluruh Indonesia, berinteraksi dengan pembuat kebijakan, dan menciptakan perubahan sosial yang positif di mereka.