Mencuci tangan, kunci agar sekolah dapat kembali dibuka dengan aman di Indonesia
Pada masa pandemi COVID-19, UNICEF dan Pemerintah Indonesia menyediakan sarana mencuci tangan dan mengampanyekan kebersihan tangan di sekolah-sekolah.

- Tersedia dalam:
- English
- Bahasa Indonesia
Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir adalah salah satu cara paling efektif untuk mencegah penularan COVID-19. Sayangnya, tidak semua orang tahu cara mencuci tangan dengan baik dan benar.
Pengetahuan tentang mencuci tangan kian penting karena terkait dengan kesiapan sekolah-sekolah untuk kembali mengadakan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka setelah sebagian besarnya mengalami penutupan sejak bulan Maret 2020 sebagai upaya mengendalikan wabah. Kebersihan tangan tentu tidak dapat diabaikan agar murid dan guru tetap aman selama berada di sekolah.
Di Lombok Timur, pemerintah setempat menerima dukungan dari UNICEF berupa sarana cuci tangan. Fasilitas ini disediakan di berbagai sekolah, termasuk SDN 4 Rarang di Kecamatan Terara.
Sopi, petugas sanitasi di Puskesmas Rarang, mengunjungi sekolah untuk mengajarkan cara mencuci tangan yang benar kepada para guru serta mengingatkan murid agar rajin mencuci tangan. “Saya bangga dapat melakukan pekerjaan ini, karena penting sekali bagi masa depan bangsa kita,” katanya.
Ramzul, seorang pegawai Dinas Kesehatan Lombok Timur, turut dalam kegiatan tersebut. Di samping perihal mencuci tangan, timnya juga melatih guru-guru melakukan disinfeksi di ruang kelas dan menyiapkan cairan pembersih tangan serta cairan disinfektan. “Harapan saya, guru, kepala sekolah, dan semua warga pendidikan bisa mengikuti protokol kesehatan, baik di sekolah maupun di rumah,” ungkap Ramzul.

Sementara sekolah-sekolah di Lombok Timur tengah bersiap untuk kembali beroperasi setelah lebih dari satu tahun menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh, sebagian sekolah di Aceh, telah lebih dahulu membuka ruang-ruang kelasnya. Di provinsi di ujung barat Indonesia ini, sejumlah besar pesantren mempertahankan kegiatan belajar tatap muka pada masa pandemi.
Akan tetapi, tidak banyak yang memiliki sarana memadai untuk melaksanakan protokol kesehatan sebagaimana diwajibkan oleh pemerintah. Per Desember 2019, hanya 1 dari 10 sekolah di Aceh yang memiliki akses ke air bersih dan sarana sanitasi dan kebersihan yang layak. Pemerintah setempat merespons keadaan ini dan, didukung oleh UNICEF dan Yayasan Aceh Hijau, melakukan intervensi di beberapa pesantren di Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Selatan, dan Kabupaten Pidie.
Salah satu di antara sekolah tersebut adalah Pesantren Al-Aziziyah di Banda Aceh, yang memiliki lebih dari 400 santri. Pesantren ini sebelumnya tidak memiliki akses air dan sarana sanitasi dan kebersihan yang layak untuk memenuhi kebutuhan semua santrinya.

"Kami bersyukur sekali atas dukungan dari UNICEF dan Aceh Hijau, yang memberikan sarana mencuci tangan pada masa pandemi ini,” ujar Tgk. Bulqaini, Kepala Pesantren Al-Aziziyah. “Mudah-mudahan, akan ada kesempatan bekerja sama lagi untuk memajukan pesantren.”
Dengan sarana mencuci tangan yang baru, para santri dan pengajar di Al-Aziziyah kini merasa berdaya melawan COVID-19.
"Jumlah santri di sini besar dan kami harus selalu mencuci tangan untuk mencegah penularan virus korona,” kata Awaluddin, 16 tahun, salah seorang santri Al-Aziziyah.
Sejak pandemi dimulai, telah banyak kemajuan yang dicapai untuk memastikan akses universal kepada sarana kebersihan tangan. Namun demikian, masih banyak hal yang perlu dilakukan. Di Indonesia, warga dan lembaga-lembaga aktif bekerja di tengah masyarakat untuk memastikan anak-anak dapat tetap belajar di lingkungan yang aman dan sehat.